Data Center Butuh Listrik Besar, Hashim Ungkap Strategi Energi RI
Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan strategi Indonesia dalam memenuhi besarnya kebutuhan listrik untuk industri pusat data (data center).
Ia mengatakan pemerintah dan PT PLN (Persero) telah menyiapkan bauran energi baru yang lebih bersih, termasuk dari tenaga bayu, panas bumi, hingga rencana pemanfaatan energi nuklir.
"PLN sudah menetapkan suatu rencana umum, RUPTL (rencana usaha penyediaan tenaga listrik) yang cukup ambisius. Tadi saya sebut 70 gigawatt sampai nanti 2040 saya dengar 103 gigawatt. Nah ini 76 persen tadi saya katakan kan dibawa dari energi terbarukan," ujar Hashim dalam forum CNN Indonesia Sustainability Summit 2025 di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (26/11).
Ia menjelaskan Indonesia memiliki sumber daya panas bumi yang sangat besar dan menjadi salah satu keunggulan dalam pengembangan energi bersih.
Lihat Juga :SUSTAINABILITY SUMMIT 2025 Hashim: Internet Murah Bisa Dongkrak Ekonomi Hingga 1 Persen |
"Indonesia, sumber resources kita geothermal itu nomor dua di dunia. Kalau enggak salah 28 gigawatt capacity," katanya.
Selain panas bumi, Hashim menyebut pemerintah juga menyiapkan sejumlah lokasi untuk pembangunan fasilitas nuklir, sejalan dengan praktik negara maju yang menggunakan nuklir untuk menyuplai listrik bagi data center.
Hashim mengatakan saat ini beberapa negara telah menawarkan teknologi small modular reactors (SMR) untuk kebutuhan listrik berskala besar namun efisien.
"Ada beberapa yang sudah ditawarkan ke PLN, antara lain dari Inggris, Rolls Royce from the UK, Kanada juga dan lain sebagainya. Dari Bill Gates Group juga menawarkan. Ini small modular reactors untuk power data centers," ujarnya.
Menurut Hashim, peluang investasi energi di Indonesia sangat terbuka, baik untuk pengembangan energi terbarukan maupun teknologi baru seperti SMR.
Selain itu, PLN disebut aktif mengundang investor luar negeri untuk masuk ke sektor ketenagalistrikan.
"PLN mengundang sejumlah investor dari luar negeri untuk ikut invest di dalam sektor power ini," kata Hashim.
Ia menambahkan keberadaan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia dapat menjadi mitra bagi investor asing yang ingin berkolaborasi dengan pihak lokal.
"Kalau tidak cocok ya mungkin bisa kerjasama dengan Danantara. Danantara adalah negara Indonesia," katanya.
Hashim menilai kehadiran investor swasta, bersama PLN, akan menjadi pendorong pertumbuhan sekaligus menjamin ketersediaan listrik untuk kebutuhan data center yang terus meningkat.
KTT Iklim COP30 digelar di Belem, Brasil, bulan ini untuk merumuskan arah baru pembangunan berkelanjutan dan memperkuat kerja sama global dalam pengendalian perubahan iklim.
Sebagai bagian dari rangkaian diskusi tersebut, CNNIndonesia menggelar Sustainability Summit 2025: Navigating Growth in a Sustainable World After COP30.
Forum ini mempertemukan pemerintah, pelaku usaha, perbankan, kepala daerah, dan praktisi lingkungan, dengan Hashim sebagai salah satu pembicara utama.
(del/sfr)