Lahan seluas 10 x 12 meter di halaman belakang disulap jadi laboratorium bagi Almontana Stefanus Maesa Paat untuk bereskperimen bertani kopi dengan berbagai teknik budi daya. Ada robusta, arabika hingga liberika.
"Saya tanam berbagai jenis kopi di sini. Kalau hasilnya ok, bisa diterapkan ke petani kopi," ujar Monci, sapaan akrab Almontana, Selasa (25/11).
Monci membuka bisnis Elmonts Coffee Tomohon di Jalan Kolongan Satu, Tomohan Tengah, Kota Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut), pada 2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua bermula karena kesukaannya menyeruput kopi. Hobi itu lalu menariknya menekuni kopi hingga akhirnya membuka coffee shop. Namun, bisnisnya terkendala pasokan. Sebab, tak banyak petani kopi di Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut). Kalau pun ada, tantangan selanjutnya adalah mendapat biji kopi berkualitas baik.
"Tujuan saya awalnya cuma buat ekosistem kopi. Karena cuma dengan ada ekosistemnya, usaha kopi ini bisa berjalan. Petani bisa supply kopinya. Ketika dia produksi banyak, dia sudah tahu hilirnya harus bawa ke siapa," cerita Monci.
Pada 2019, ia mendengar Bank Indonesia tengah membuka pelatihan petani kopi lewat program Petani Unggulan Sulawesi Utara (Patua) dan mendaftar di angkatan pertama.
Mayoritas peserta Patua merupakan petani holtikultura seperti bawang, cabai dan tomat. Hanya tiga orang, termasuk Monci, yang berlatar petani kopi.
"Kita belajar soal kebutuhan pupuk sampai siklus pengendalian hama," ucapnya.
Karena Monci juga berbisnis coffee shop, ia juga mendaftar program Wirausaha Unggulan Sulawesi Utara (Wanua) untuk mewadahi para pelaku UMKM.
"Saya ikut dua pelatihan. Habis dari pertanian, langsung sambung ke UMKM," ujarnya.
Foto: CNN Indonesia/Putri KartikaBank Indonesia membantu kelompok petani kopi Poktan Tuur Ma'asering dan UMKM di Tomohon. |
Lewat program Wanua, ia berbagai banyak hal soal manajemen usaha antara lain menentukan harga pokok penjualan (HPP), margin hingga legalitas usaha. Untuk promosi, peserta Wanua juga dibekali ilmu pemasaran.
"Digital marketing kita belajar SEO. Justru karena program itu memang dari awal kita nggak pakai plang, pasang iklan dan lainnya. Cuma bermodalkan Google Business, Instagram dan Facebook," ujar Monci.
"Manfaatnya luar biasa, kita sudah ngerasain dampaknya, sampai sekarang reviewer kita itu sebagian besar justru bule, orang dari luar negeri yang bisa tahu ke sini dari digital marketing," imbuhnya.
Kini wangi kopi lokal Tomohon dari kafenya sudah menguar hingga ke Jepang, Korea Selatan, Swiss, Prancis hingga Yunani. Yang membuat kopinya spesial adalah 'hint' aren pada aroma dan rasanya. Kata Monci, ini karena lahan pertanian Tomohon dulunya banyak ditanami kelapa aren.
Foto: CNN Indonesia/Putri KartikaPenyerahan bantuan PI-KEKDA oleh Deputi Kepala Kantor BI Sulut, Renold Asri ke petani kopi. |
Kopi yang dijual Elmonts Coffee Tomohon berasal dari petani lokal yang tergabung dalam kelompok tani (Poktan) Tuur Ma'asering. Anggotanya ada 29 petani. Agar mereka semangat, Monci membeli biji kopi petani dengan harga standar nasional.
Monci juga mengajari petani bagaimna cara menghasilkan biji kopi yang baik, mulai dari waktu petik, panen, penjemurannya hingga sortir.
Selasa lalu, BI juga memberikan dukungan sarana-prasarana (sarpras) bagi petani kopi anggota Poktan Tuur Ma'asering.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Renold Asri menyerahkan dukungan Program Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PI-KEKDA) di Elmonts Coffee. Beberapa di antaranya adalah rumah produksi hingga alat-alat pertanian untuk mendukung kinerja pembuatan kopi dari hulu ke hilir.
Ke depan, ia berharap keberadaan petani kopi di Sulut meningkat dan menghasilkan kopi berkualitas tinggi. Kopi diharapkan bisa menjadi ciri khas Tomohon untuk mengundang turis datang.
"Bank Indonesia berharap kopi ini bisa menjadu salah satu komoditas unggulan Sulawesi Utara," pungkasnya.
(pta)