Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengungkapkan belum ada pedagang baju impor bekas atau thrifting yang beralih ke produk lokal.
Ia mengatakan pihaknya masih berkomunikasi dengan pedagang dan 1.300 merek yang siap menjadi pengganti baju impor bekas.
"Belum (ada pedagang beralih ke produk lokal). Ini masih dalam proses. Lagi dalam proses komunikasi karena kan enggak sesederhana itu. Kan kita juga harus komunikasi dengan teman-teman asosiasi pedagang," kata Maman dalam konferensi pers Rapat Koordinasi Infrastruktur Publik dan Pembiayaan KUR di Ayana Mid Plaza, Jakarta, Kamis (27/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maman menegaskan penutupan keran impor barang bekas tidak dilakukan pemerintah untuk membatasi aktivitas ekonomi pedagang. Kementerian UMKM, sambungnya, justru saat ini mendorong pedagang segera melakukan substitusi supaya ekonomi mereka tetap bisa bergerak.
Maman mengatakan saat ini pemerintah tengah menyiapkan langkah untuk mengatasi masalah baju impor ilegal. Konsistensi katanya menjadi kunci langkah tersebut.
"Konsisten enggak kita menutup yang di hulunya. Kalau selama kita enggak konsisten menutup di hulunya, pasti akan terjadi seperti itu." katanya.
Ia pun yakin pedagang baju impor bekas tidak akan kehilangan konsumen jika beralih ke produk lokal. Pasalnya saat pemerintah konsisten menutup pintu masuk baju impor bekas, sambungnya, pasar Indonesia akan bersih dari barang ilegal itu. Setelah pasar bersih, produk lokal akan membanjiri pasar domestik.
"Mau enggak mau, publik, itu kan dia butuh baju, butuh celana, butuh sepatu, butuh sendal. Mau enggak mau, dia pasti akan cari (ke produk lokal). Nah, inilah yang kita lakukan," kata Maman.
Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM Temmy Satya Permana mengatakan 1.300 merek tersebut akan menjalin skema business to business (B2B) dengan pedagang baju impor bekas.
Pedagang, kata Temmy, bisa menjadi reseller atau distributor dari produk-produk tersebut.
"Kita menyiapkan 1.300 brand untuk dipilih oleh para penjual, pedagang pakaian bekas di Senen maupun di Gedebage dan lain-lain. Tinggal mereka nanti B2B dengan para pemilik brand itu," ujar Temmy ditemui di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Selasa (18/11).
Produk lokal itu nantinya akan dijual per paket seperti baju impor bekas yang dibeli pedagang per balpres.
"Satu bal itu berapa rata-rata? Biasanya macam-macam ya. Ada yang paketnya yang tipe A, tipe B, tipe C ya. Itu ada antara Rp5 juta, Rp3 juta, Rp2 jutaan. Sekarang kita ingin juga teman-teman brand lokal ini juga mau bikin paket yang seperti itu," katanya.
(fby/dhf)