Pertanian Sumut Babak Belur Diterjang Banjir, Rugi Nyaris Rp1 T
Bencana banjir dan longsor yang terjadi sejak akhir November memukul sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Total kerugian sementara ditaksir mencapai Rp922,2 miliar yang mencakup kerusakan tanaman pangan, hortikultura, dan jaringan irigasi tersier.
Berdasarkan laporan resmi Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Sumut (Ketapang TPH Sumut), kerugian tanaman pangan mencapai Rp652 miliar, hortikultura Rp190 miliar dan jaringan irigasi tersier Rp79 miliar.
"Total kerugian sementara mencapai Rp 922,2 miliar," ujar Kepala UPTD Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan Dinas Ketapang TPH Provinsi Sumut, Marino, Kamis (4/12).
Lihat Juga : |
Marino menyebutkan komoditas padi mengalami kerugian terbesar mencapai Rp637,25 miliar. Kerusakan paling signifikan terjadi pada tanaman padi yang tersebar di 14 kabupaten/kota dengan total lahan terdampak seluas 33.049 hektare (ha), sementara lahan puso mencapai 3.878 ha.
Akibatnya, Sumut kehilangan produksi sebesar 98.038,73 ton gabah kering panen.
"Kerusakan padi di antaranya terjadi di Kabupaten Mandailing Natal tercatat sebagai wilayah dengan dampak terbesar, dengan lahan terkena seluas 4.025,23 ha, puso 3.459 ha, kehilangan hasil sebanyak 19.869,51 ton, dan nilai kerugian mencapai Rp 129,15 miliar," jelasnya.
Kemudian Tapanuli Selatan mengalami kerugian besar dengan lahan terdampak 843,75 ha, puso 299,50 ha, kehilangan hasil 3.035,16 ton, dan nilai kerugian sebesar Rp 19,72 miliar.
Sementara itu, Kota Padangsidimpuan mencatat lahan terdampak 2,51 ha, puso 1,25 hektare, kehilangan hasil 14,76 ton, dengan kerugian mencapai Rp96,47 juta.
"Kota Medan turut mengalami dampak mencapai 281 ha lahan dan kehilangan hasil 796,94 ton, menyebabkan kerugian sekitar Rp4,84 miliar. Kabupaten Pakpak Bharat mencatat lahan terdampak 66,09 ha, namun tanpa puso dan tanpa nilai kerugian," jelasnya.
Selanjutnya di Deliserdang lahan terdampak 12.231,15 ha, kehilangan hasil 32.471,87 ton, dan nilai kerugian mencapai Rp 211,06 miliar.
Kabupaten Langkat mencatat lahan terdampak 665,91 ha, kehilangan hasil 17.586,39 ton, dengan nilai kerugian Rp 114,28 miliar. Di Kota Binjai, kehilangan hasil mencapai 109,16 ton, menimbulkan kerugian sekitar Rp 690 juta.
"Tapanuli Utara juga terdampak signifikan dengan lahan terkena 261,35 ha, puso 119 ha, kehilangan hasil 1.896,19 ton, dan kerugian sebesar Rp 12,34 miliar. Sementara itu, Serdangbedagai mencatat lahan terdampak 7.882,48 ha, kehilangan hasil 20.906,28 ton, dengan total kerugian mencapai Rp 141,86 miliar," urainya.
Dia menyebutkan beberapa daerah lain seperti Tebing Tinggi dan Simalungun mencatat lahan terdampak, namun tanpa puso dan tanpa nilai kerugian. Kabupaten Batubara melaporkan kehilangan hasil 2.518,17 ton dengan nilai kerugian Rp14,43 miliar. Sedangkan Asahan mencatat kerugian sebesar Rp 27,83 miliar dari kehilangan hasil 4.334,59 ton.
"Secara keseluruhan, dampak banjir terhadap tanaman padi di Sumatera Utara sangat besar, baik dari sisi luas lahan, produksi, maupun nilai ekonominya. Pemerintah daerah diharapkan dapat segera melakukan langkah pemulihan dan dukungan kepada para petani yang terdampak," jelasnya.
Menurut Marino tanaman padi saat ini kondisinya masih tergenang sehingga petani sudah pasti gagal panen. Oleh karena itu, untuk meringankan beban para petani padi, Dinas Ketapang TPH Sumut telah menyiapkan benih padi sebanyak 40 ribu hektare.
"Artinya kita melihat sudah 1 minggu tanaman padi tersebut masih terendam kemungkinan besar sudah akan Puso yang artinya petani akan gagal panen. Kementerian telah menyiapkan benih padi untuk ditanam di lahan 40 ribu ha di Sumut. Berarti ada 1000 ton yang akan dibagikan ke petani di sumut yang terdampak banjir," pungkasnya.
Tak hanya padi, Marino menambahkan 604,30 hatanaman jagung juga ikut terdampak banjir dan longsor, dengan puso 309,60 ha, kehilangan hasil 2.836,53 ton serta total kerugian mencapai 14,749 miliar.
"Lahan jagung yang mengalami kerusakan itu tersebar di Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Langkat, Tapanuli Utara, dan Serdangbedagai. Kemudian lahan ubi kayu saat ini baru Serdangbedagai yang melaporkan kerugian mencapai Rp65 juta dengan 65 ha lahan, dan kehilangan hasil 1.538 ton," pungkasnya.
Selanjutnya, untuk lahan cabai di Sumut juga terdampak dengan total kerugian Rp188 miliar. Tercatat 600,91 ha yang rusak di Batubara, Tapanuli Utara, Karo, Langkat, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan dengan 2.350 ton kehilangan hasil serta puso 7,70 ha.
"Untuk mengantisipasi persoalan ini adapun berbagai upaya yang akan dilakukan yakni pemulihan jaringan irigasi tersier di wilayah terdampak berat, bantuan benih dan sarana produksi untuk petani melakukan tanam ulang, monitoring harian untuk memperbarui data kerusakan dan kebutuhan di lapangan. dan koordinasi lintas instansi untuk percepatan pemulihan pertanian," paparnya.
(fnr/sfr)