Di tengah dinamika ekonomi global yang terus bergerak, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) kembali mempertegas perannya sebagai mitra strategis bagi investor dengan menggelar BRI Market Outlook 2026. Acara yang mengusung tema 'Balancing Global Headwinds with Domestic Optimism' ini terselenggara atas kolaborasi dengan Danantara Indonesia di The Langham, Jakarta, Kamis (11/12).
Mengusung sudut pandang disiplin valuasi dan rotasi sektor, forum ini menekankan pentingnya strategi yang terukur untuk merespons perlambatan ekonomi dunia sekaligus memanfaatkan peluang domestik yang dinilai tetap solid.
Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi wadah bagi nasabah prioritas dan pelaku pasar untuk memahami dinamika makro, arah kebijakan, serta sektor-sektor yang berpotensi memberikan imbal hasil optimal pada 2026.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BRI menempatkan forum ini sebagai bagian dari perannya sebagai mitra keuangan yang menyediakan pandangan berbasis analisis, di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik yang diperkirakan tetap berada di atas 5 persen.
"Inisiatif restrukturisasi dan dorongan investasi yang digagas Danantara Indonesia turut memperkuat momentum ini, sejalan dengan semakin baiknya antisipasi pelaku pasar terhadap ketidakpastian global," bunyi keterangan tertulis, Sabtu (13/12).
Acara dibuka oleh Direktur Consumer Banking BRI Nancy Adistyasari, kemudian dilanjutkan dengan paparan dari Chief Economist Danantara Indonesia Reza Yamora Siregar, CEO PT Trimegah Asset Management Antony Dirga, serta investor Lo Kheng Hong.
Diskusi menyoroti keseimbangan antara kewaspadaan terhadap risiko global dan keyakinan pada fondasi ekonomi nasional yang dinilai masih kuat.
"Semangat untuk terus maju di 2026 tercermin dari berbagai indikator positif, mulai dari upside risks yang diperkirakan akan lebih dominan, kebijakan fiskal yang lebih tepat waktu dan transparan, hingga dampak pelonggaran kebijakan moneter 2025 yang mulai terasa," terang keterangan resmi.
Dari sisi makro, Reza Yamora Siregar menekankan bahwa investor perlu mencermati perlambatan ekonomi global, ketegangan geopolitik, serta potensi tekanan pada aset berbasis komoditas.
Meski demikian, ia menilai ketahanan ekonomi Indonesia pada 2026 masih terjaga, terutama ditopang oleh konsumsi domestik yang kuat dan inflasi yang relatif terkendali. Kondisi tersebut dinilai membuat ekonomi nasional tidak terlalu rentan terhadap gejolak eksternal, sekaligus menjaga iklim investasi tetap kondusif.
Optimisme terhadap pasar domestik juga diperkuat oleh pandangan Antony Dirga. Ia melihat stabilitas makro dan arah kebijakan fiskal sebagai faktor pendukung bagi sejumlah sektor untuk tumbuh lebih baik dibandingkan pasar secara keseluruhan.
Dalam konteks tersebut, investor HNWI (High-Net-Worth Individuals) disarankan untuk melakukan rotasi sektor secara selektif dengan mengedepankan fundamental dan prospek jangka menengah. Sektor yang disebut memiliki potensi untuk outperform (melampaui pasar) adalah Perbankan, Infrastruktur, Kesehatan, dan Ekonomi Hijau.
Sementara itu, Lo Kheng Hong menekankan pentingnya disiplin valuasi dalam menghadapi volatilitas pasar. Menurutnya, fluktuasi harga bukan sesuatu yang harus dihindari, melainkan dipahami dan dimanfaatkan dengan pendekatan jangka panjang.
Ia mengingatkan agar investor tetap fokus pada nilai intrinsik perusahaan, konsisten memilih emiten berkualitas, serta menjaga kesabaran dalam membangun portofolio. Pendekatan tersebut dinilai relevan untuk menjaga kinerja investasi di tengah siklus pasar yang dinamis.
Melalui BRI Market Outlook 2026, BRI menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran sebagai mitra strategis bagi nasabah prioritas dengan menghadirkan perspektif pasar yang independen dan komprehensif.
Forum yang dihadiri sekitar 200 investor dan profesional keuangan ini menjadi bagian dari upaya BRI membekali pelaku pasar dengan pemahaman yang lebih tajam mengenai disiplin valuasi dan rotasi sektor, sebagai bekal menyusun strategi investasi yang berkelanjutan menuju 2026.
(rir)