Tumbuh Inklusif Asian Agri dengan Bag to School dan Pengembangan UMKM
Hari pertama sekolah di Pelalawan, Riau, disambut dengan semangat baru oleh anak-anak. Senyum cerah terlihat di wajah belasan siswa kelas 1 SD Negeri 012 Lalang Kabung saat mereka berlari riang menuju sekolah baru mereka.
Namun, tidak semua anak menunjukkan senyum yang sama. Enam murid baru tampak kebingungan menyambut hari pertama mereka.
Di pinggir sekolah, mereka memandangi teman-teman mereka yang mengenakan seragam rapi. Kemeja putih, celana merah, dasi kecil yang tergantung, dan kerah yang masih kaku menandakan seragam-seragam itu masih baru.
Mata mereka pun tertuju pada seragam yang mereka kenakan. Tak ada seragam baru di tubuh mereka.
"Pada saat tahun ajaran baru dimulai, keenam murid tersebut masih menggunakan seragam TK dan ada juga yang menggunakan seragam bekas yang sudah nampak lusuh," kata Kepala Sekolah SDN 012 Lalang Kabung Aprilyanti yang menyaksikan momen itu.
Ia bercerita enam anak itu memang berasal dari keluarga kurang mampu.
Aprilyanti mengatakan sekolah tak mewajibkan anak murid membeli seragam dan perlengkapan sekolah baru. Akan tetapi, seragam yang berbeda membuat tekanan tersendiri untuk anak-anak itu.
Saat sekolah dimulai, tatapan murid-murid baru itu mengarah ke enam kawannya yang berseragam berbeda. Awalnya mereka hanya menatap, tetapi lama-kelamaan mulai timbul cemoohan.
"Diejek dan di-bully teman-teman lain yang kelas 1 SD juga karena masih berseragam TK dan menggunakan seragam bekas yang sudah lusuh dengan ejekan, 'Kenapa kamu tidak pakai seragam, tas, dan sepatu yang baru seperti kami?'," ucap sang kepala sekolah menirukan percakapan anak-anak itu.
Pihak sekolah sudah berulang kali menasihati anak-anak itu agar tak mencemooh temannya yang belum punya seragam baru. Namun, anak-anak kecil itu belum terlalu paham meski sudah diperingatkan berkali-kali.
Tak lama kemudian, Asian Agri datang ke sekolah itu. Kebetulan, perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut punya perhatian khusus soal pertumbuhan inklusif.
Mereka mendorong partisipasi kuat agar kualitas hidup lebih baik bisa dirasakan oleh semua orang. Hal ini menjadi pilar kedua dari Program Asian Agri 2030.
Salah satu bentuk nyata dorongan itu adalah program Bag to School. Asian Agri membagikan paket bantuan pendidikan berisi tas sekolah berkualitas, perlengkapan alat tulis, seragam, dan sepatu.
"Tentu saja program Bag to School ini sangat membantu keenam murid tersebut karena mereka langsung bisa mendapatkan lima setel seragam baru, sepatu, tas, dan sepaket alat tulis sekolah dari Asian Agri," kata Aprilyanti.
Ia mengatakan bantuan dari Asian Agri tak berhenti di tahun pertama sekolah. Anak-anak itu tetap mendapat dua pasang seragam, sepatu, dan paket alat tulis setiap tahun ajaran baru.
Menurut Aprilyanti, enam anak itu kini sudah tersenyum. Teman-temannya tak lagi mem-bully seragam lusuh mereka. Enam anak itu kini fokus belajar dan menatap masa depannya.
Berdampak luas
Bantuan Asian Agri ini tak hanya menyasar anak-anak di SD Negeri 012 Lalang Kabung.
Sudah ada 795 anak di Sumatera Utara, Riau, dan Jambi yang menerima paket bantuan pendidikan dari Asian Agri. Anak-anak itu berasal dari tingkat yang beragam, mulai SD hingga SMA atau sederajat.
Oktober lalu di Riau, Asian Agri melalui unit bisnis PT Inti Indosawit Subur (PT IIS),baru saja memberikan 22 bantuan pendidikan. Bantuan ini mencakup 10 paket untuk siswa SD, enam paket untuk siswa SMP, dan enam paket untuk siswa SMA.
Head Human Resources Operational Asian Agri Boston Ritonga menyampaikan pihaknya memiliki visi jangka panjang, tercermin lewat Asian Agri 2030. Ada empat pilar utama program itu, salah satunya pertumbuhan inklusif.
"Kegiatan kita hari ini merupakan wujud dari pilar tersebut, yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui akses pendidikan yang lebih baik dan pengembangan usaha mikro agar mandiri dan berdaya saing," ucap Boston.
Secara bersamaan, melalui PT IIS dan PT Dasa Anugrah Sejati (PT DAS), Asian Agri juga menyerahkan bantuan pendidikan untuk 42 siswa SD-SMA di Jambi.
Di Sumatera Utara, bantuan disalurkan melalui PT Rantau Sinar Karsa-Pangkatan (PT RSK). Ada 14 paket bantuan pendidikan yang diberikan.
"Bagi kami, pendidikan adalah investasi mulia untuk membentuk fondasi kokoh demi masa depan yang lebih baik," lanjut Boston.
"Kami menyadari bahwa program ini hanya sebagian kecil dari upaya kita bersama. Namun tentu harapan kita bersama bahwa langkah ini menjadi awal bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat," imbuhnya.
Bantuan ini menuai apresiasi dari masyarakat setempat. Camat Pangkatan Datar Sirait menyampaikan apresiasinya atas dukungan Asian Agri melalui PT RSK di Sumatera Utara.
"Program ini membantu meringankan beban orang tua sekaligus mendukung target pemerintah dalam mewujudkan wajib belajar 13 tahun. Kami juga melihat dukungan ini sejalan dengan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat, baik melalui pendidikan maupun pemberdayaan ekonomi," ujarnya.
Tak sebatas ruang kelas
Sokongan Asian Agri terhadap pertumbuhan inklusif ternyata tak hanya terasa di ruang-ruang kelas.
Melalui program pengembangan UMKM, Asian Agri telah memberikan 18 paket bantuan di Riau, Sumatera Utara, dan Jambi. Di Riau, lima bantuan disalurkan ke lima desa, yang mencakup PKK Sari Nenas, Maggot dan Ternak Ikan, PKK Kue, PKK Jahe Merah Instan, serta PKK Jahit.
Di Sumut, tujuh bantuan lainnya diberikan ke tujuh desa, dengan fokus pada Budidaya Holtikultura Apung, Ternak Ikan, Kerambah Ikan Toman, serta Ternak Kambing.
Di Jambi, Asian Agri memberikan bantuan kepada enam desa. Dua desa, yaitu Desa Penyabungan dan Desa Napal Putih, terlibat dalam Program Desa Sawit Mandiri, yang memberikan bibit sawit serta dukungan pembinaan. Program ini bertujuan untuk memberdayakan sekolah dengan memanfaatkan lahan sekolah sebagai sarana pembelajaran berbasis perkebunan.
Sementara itu, empat desa lainnya menerima bantuan ternak kambing untuk memperkuat perekonomian lokal dan memberdayakan masyarakat setempat.
Salah satu penerima manfaat ini, Supratno, adalah seorang petani sawit di Desa Bagan Limo, Kecamatan Ukui, Pelalawan, Riau. Setelah bertahun-tahun menekuni usaha kelapa sawit, beberapa tahun terakhir ia mencoba mengalihkan sebagian lahan sawitnya untuk beternak ikan.
Ia pun mulai membuat 11 kolam ikan, namun usaha ini memerlukan modal besar dan sempat mengalami kegagalan.
Pada 2022, Asian Agri memberikan dukungan dengan menyalurkan bantuan kepada Supratno dan Kelompok Ternak Sido Mulyo. Bantuan tersebut berupa bibit ikan, alat saring, jaring, dan pakan ikan, yang membantu memperkuat usaha ternak ikan yang tengah ia kembangkan.
Selain itu, Asian Agri juga membekali para peternak dengan pelatihan membuat pakan sendiri, seperti nugget ikan dan azolla. Mereka juga dibimbing mengolah sampah domestik menjadi pakan melalui maggot.
"Sekarang, saya beternak ikan nila dan gurame. Total ikan nila yang saya kelola ada sekitar 17.500 ekor, dan untuk ikan gurame, ada sekitar 2.500 ekor," ucap Supratno.
Menurutnya, bantuan Asian Agri tak putus. Saat para peternak menghadapi masalah karena kekeringan, Asian Agri datang membantu. Begitu juga saat mereka diterpa banjir.
Supratno bertekad tak mau menyia-nyiakan bantuan itu. Ia pun ingin meneruskan kebaikan itu ke lingkungan sekitarnya.
"Kami juga berharap bisa memberikan bibit ikan kepada peternak lain yang membutuhkan, sehingga kami bisa saling berbagi dan berkembang bersama," ujarnya.
(asa)