Wamen Viva Yoga Sambut Investasi China Kembangkan Bambu Transmigrasi
Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi menyambut positif rencana investasi China di sektor pengembangan bambu di kawasan transmigrasi.
Dukungan tersebut disampaikan saat menerima delegasi Promosi Perdagangan Indonesia-Guangdong (PPIG) di Kantor Kementerian Transmigrasi, Kalibata, Jakarta, Kamis (18/12).
Delegasi PPIG yang dipimpin Indonesia Executive Chairman Mr Sim dan Director of The Economic Diplomacy Office Mr Jay Yu hadir untuk menjajaki peluang investasi pengembangan bambu varietas reed bamboo di Indonesia.
Dalam pertemuan itu, PPIG menilai reed bamboo memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi besar untuk dikembangkan secara industri. Pohon yang saat ini dikembangkan di China dan Malaysia bisa diolah menjadi fiber bamboo (serat bambu).
Serat bambu bisa digunakan menjadi berbagai bahan pakaian dan aksesorisnya seperti kaos, jaket, kaos kaki, penutup kepala, dan jenis baju lainnya. Pakaian yang terbuat dari serat bambu dikatakan memiliki kelebihan dibanding bahan yang lain.
Selain itu, daun bambu juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. "Reed bamboo juga bisa mereduksi karbon dioksida sehingga rumpun bambu itu bisa dimanfaatkan sebagai pasar karbon yang bernilai tinggi," ujar Jay Yu.
Dari sisi budidaya, reed bamboo dinilai relatif mudah dikembangkan. Tanaman ini dapat bertahan hingga 15 tahun tanpa pupuk maupun rekayasa khusus. Dengan luas lahan sekitar 0,27 hektare, petani sudah dapat menanam bambu ini.
Dalam satu hektare lahan, potensi keuntungan per tahun disebut mencapai 12.750 dolar AS, dengan harga bibit sekitar 0,6 dolar AS per batang.
"Kami ingin investasi di Indonesia dengan harapan menjadikan negeri ini sebagai produsen serat bambu terbesar di Asia Tenggara. Di Malaysia sudah kami kembangkan namun volumenya kecil ," ujar Jay Yu.
Untuk itu mereka ingin investasi mulai dari penanaman hingga pengolahan sehingga investor dari China ingin sekaligus membangun pabrik. Satu pabrik dibangun di setiap lahan 70 Ha.
Menanggapi rencana tersebut, Viva Yoga menyatakan masyarakat Indonesia sudah akrab dengan tanaman bambu. Menurutnya, pengembangan bambu sejalan dengan program Kementerian Transmigrasi.
Ia mencontohkan kunjungannya ke Yayasan Bambu Indonesia di Cibinong, Jawa Barat, yang memiliki 161 varietas bambu untuk dikaji kesesuaiannya dengan kawasan transmigrasi.
"Banyak lahan yang ditanami bambu baik budidaya maupun tumbuh alami. Kami memilih varietas apa yang cocok dikembangkan di kawasan transmigrasi," ucap Viva.
Kementerian Transmigrasi juga memiliki pengalaman kerja sama penanaman bambu di Kawasan Transmigrasi Ponu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, untuk pengembangan biomassa sebagai sumber energi listrik. Proyek tersebut masih dalam tahap proses bersama anak perusahaan BUMN.
"Kementrans bekerja sama dengan salah satu anak perusahaan dari BUMN besar di Indonesia.!Proyek itu saat ini masih dalam proses," tuturnya.
Viva Yoga berharap investasi dari China untuk mengembangkan serat bambu di kawasan transmigrasi benar-benar terealisasi.
Mantan Anggota Komisi IV DPR dua periode itu ingin di kawasan transmigrasi ada industrialisasi. Industrialisasi di kawasan transmigrasi disebut bagian dari transformasi transmigrasi di era Presiden Prabowo Subianto.
"Transmigrasi saat ini bukan hanya sekadar memindah penduduk namun berorientasi pada kesejahteraan," tuturnya.
Dalam investasi di kawasan transmigrasi, Viva Yoga menegaskan agar transmigran dan masyarakat yang menempati kawasan transmigrasi harus dilibatkan.
"Bila dilibatkan selain memperoleh manfaat ekonomi, juga akan ikut menjaga,"
(ory/ory)