Jakarta, CNN Indonesia -- Jika merasa tidak dalam bentuk tubuh terbaik Anda, saatnya keluarkan kaftan, mode pakaian panjang yang longgar dengan lengan lebar. Pakaian panjang seperti jubah ini telah melampaui era kuno asalnya menjadi mode musim panas.
"Kaftan sangat nyaman, dan bisa digunakan banyak tipe tubuh," kata sejarawan mode Valerie Steele, direktur dan kepala kurator di Museum Fashion Institute of Technology, New York, Amerika Serikat, seperti dilansir situs CNN Internasional.
Tergantung pada bahannya, kaftan bisa dipakai setiap saat sepanjang tahun, kata Steele. "Sayang kita cenderung melihat kaftan hanya sebagai pakaian musim panas karena membuat tetap sejuk dalam cuaca hangat tanpa harus mengenakan pakaian yang memamerkan kulit.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama bertahun-tahun para desainer mulau Yves Saint Laurent sampai Rachel Zoe menafsir ulang kaftan, menyeimbangkan gaya sesuai zaman. Namun kaftan berbeda dari gaun bergelombang halus lain. Busana ini bersiluet huruf T mencapai pergelangan kaki yang dapat ditarik ke atas kepala.
****
Merunut sejarah kaftan dari Columbia University Encylopedia Iranica, busana panjang ini sudah ada semenjak awal kekaisaran Persia.
Ketika itu para tentara mengenakan pakaian panjang di balik baju zirah mereka yang konon tidak dapat ditembus pedang musuh, berkat kain tenun tebal berbantal benang sutra.
"Kata kaftan sendiri berasal dari Persia, yang artinya pakaian tempur yang dikenakan tentara," kata Niloo Paydar, kurator seni tekstil dan fashion di Indianapolis Museum of Art, yang menyimpan salah satu koleksi tekstil Islam terbesar di negara tersebut.
Referensi tentang kaftan muncul dalam seni dan sastra Persia di awal abad 600 SM dan penyair Persia, Ferdowsi yang menyebut kaftan dalam karyanya yang berjudul
Shahnameh atau Kitab Raja-raja Persia.
Di luar medan perang, semua orang dari kelas petani sampai kelas atas menikmati kaftan. Strukturnya sederhana, memudahkan perhiasan untuk tergantung. Sama seperti hari ini, kaftan dikenakan sebagai pakaian panjang dengan lengan tersampir, yang bisa dililitkan dengan sabuk atau ikat pinggang.
Penaklukan bangsa Arab membuat kaftan diperkenalkan ke Afrika Utara. Kelompok yang berbeda menafsirkan kaftan menurut budaya dan tradisi keagamaan mereka. Imperialisme Eropa membuat kontak dengan Timur, memungkinkan kaftan menyusup ke lemari-lemari bangsa Barat, kata Steele.
****
Gaya kaftan berevolusi pada abad ke-18, menjadi gaun sepanjang mata kaki yang terbuka di bagian depan, atau lebih dikenal sebagai banyan. Pada abad ke-20, imperialisme Eropa terhadap Afrika Utara mengalirkan ide ke para seniman Barat.
Desainer Eropa seperti Paul Poiret dan Mariano Fortuny y Madrazo terinspirasi dari gaya kaftan Maroko dan Aljazair. Mereka menciptakan mantel dan gaun malam untuk perempuan barat.
Halston dan Yves Saint Laurent mengadopsi gaya kaftan menjadi simbol kaum elit bohemian yang menyusup ke mode arus utama di tahun 1970-an.
Kaftan berubah seiring waktu, dengan pola dan hiasan beragam yang memberikan kesan feminin. Para pemakainya mulai dari bintang muda di karpet merah, diplomat di acara State Dinner, sampai festival musik musim panas.
Elizabeth Taylor misalnya. Sang aktris ini memiliki kain kaftan yang cantik di tahun 70-an. “Kaftan membuatnya bertransformasi dari gaya formal Hollywood ke era baru,” tulis kurator mode Meredith Etherington-Smith pada 2011.
Pemeran Cleopatra itu mengenakan lagi kaftan motif pewarna celup pada 1975 saat pernikahan keduanya dengan aktor Richard Burton di tepi sungai di Botswana.
Selain Elizabeth Taylor, model dan aktris Inggris, Jacqueline Bisset juga sempat memikat publik saat tampil dengan kaftan pada tahun 1968