KISAH PENDERITA HNP

Asa antara Komputer, Keju, dan Chiropractic

CNN Indonesia
Kamis, 06 Nov 2014 08:44 WIB
Dua per tiga tubuh Samuel Franklyn lumpuh. Ia menderita Hernia Nucleus Pulposus. Tapi dari atas kasur, Sam tetap berkreasi. Itu menyentuh hati Menkominfo.
Samuel Franklyn, penderita Hernia Nucleus Pulposus saat dikunjungi Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara di kawasan Tanjung Duren, Jakarta, Rabu (5/11). (CNN Indonesia/Diemas Kresna Duta)
Jakarta, CNN Indonesia --

Malam itu, Rabu (5/11) wajah Samuel Franklyn (47) mendadak sumringah. Tak disangka, janji Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyambangi kediamannya di bilangan Jakarta Barat benar-benar ditepati.

Bersama jajaran Kementerian dan Founder Kaskus Andrew Darwis, Rudiantara menembus sempitnya Jalan Asem IV di Kecamatan Tanjung Duren. Tepat pukul 21.02 WIB, ia tiba di kontrakan pria yang mahir pemrograman Java tersebut.

"Halo Pak Sam, apa kabar? Ini bapak Menteri, Rudiantara," sapa mantan Komisaris PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) saat itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti biasa, Sammy atau Sam -- sapaan akrab Samuel -- tengah terbaring tak berdaya di tempat tidurnya.

Sam merupakan penderita Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Itu adalah penyakit yang disebabkan pecahnya bantalan lunak di ruas tulang belakang (Nucleus Pulposus). Dampaknya, kelumpuhan akibat terjepitnya urat-urat saraf.

Di awal pertemuan dengan Rudi, Sam bercerita panjang lebar mengenai dunia teknologi informasi. Mulai dari sejarah komputer, teknis pemrograman, hingga bisnis internet yang belakangan berkembang pesat.

Perbincangan Sam sempat membius puluhan pembesuk. Ia sangat fasih bicara soal teknologi informasi. "Saya lama main komputer. Baru empat tahun terakhir saja jadi begini," ujar Sam jemawa.

Yang Sam maksud 'begini', adalah kondisinya yang lumpuh hampir dua per tiga tubuh.

Namun kondisi itu tidak mengganggu obrolan. Sam, Andrew Darwis, dan Rudiantara justru terlihat asik. Gelak tawa beberapa kali menguar. Di sela pembicaraan, Sam justru sering melempar canda soal kondisi lumpuhnya.

Karena terapi yang dilakukannya hampir belasan kali seakan sia-sia, Sam memang kini lebih memilih guyon ketimbang meratapi nasib.

"Saya sih maunya enggak usah ke dokter atau ahli akupunktur lagi. Sakit banget metode pengobatannya. Mending cari orang yang jago silat sekalian biar dia bisa patahin tulang saya, setelah itu ditata lagi," katanya berseloroh.

Diawali jatuh

Sam bercerita, kelumpuhan yang dideritanya bermula ketika pria berbobot 120 kg itu hendak pergi ke kantor di medio 2010 silam. Saat itu, ia mengaku sempat terjatuh dan mendapati benturan di tulang belakang.

Awalnya, Sam merasa tak ada masalah dengan tubuhnya. Ia masih bisa beraktivitas dan mengerjakan tugas kantor. Setelah beberapa hari, lutut kiri Sam mulai terasa kesemutan. Akhirnya, ia sulit berjalan. Sejak saat itu, ia harus menggunakan tongkat untuk bisa berjalan.

"Saat itu saya mulai sering naik taksi dan dipapah adik untuk bisa ke kantor. Sampai akhirnya saya roboh dan harus diangkat oleh delapan orang ke rumah sakit," tuturnya.

Mending cari orang yang jago silat sekalian biar dia bisa patahin tulang saya.Samuel Franklyn

Sam mengakui, mentalnya mulai jatuh tatkala dokter rumah sakit memvonisnya mengalami retak tulang belakang yang menyebabkan bantalan Nucleus Pulposus-nya pecah.

Itu diketahui dari hasil CT-Scan. Sejak itu, ia mulai merasakan lumpuh mulai dari kaki hingga bagian dada. Kondisinya mengharuskan Sam meminta izin ke kantor untuk bisa bekerja di rumah.

"Hampir enam bulan saya kerja di rumah. Sampai akhirnya saya dirumahkan karena enggak bisa selalu ikut rapat. Kerja saya sekarang sifatnya cuma sebagai kontraktor program, tapi tetap semangat," ujarnya.

Saat ini, Sam bilang, dirinya tengah mengerjakan proyek aplikasi tiket untuk kantor lamanya, yakni Galileo Indonesia. Galileo sendiri merupakan perusahaan penyedia paket wisata dengan destinasi tujuan ke domestik dan luar negeri.

Untuk mengerjakan proyek aplikasi, San harus memodifikasi bentuk penyangga laptop 14 inchi-nya.

Beruntung, selama di pesakitan ia juga dibantu seorang pengasuh. Tugasnya mengurusi Sam mulai dari makan, mandi, hingga keperluan MCK. "Saya enggak bisa banyak gerak sekarang. Tapi saya sadar kalau harus mandiri, mungkin juga karena umur," ujarnya sambil terkekeh.

Belajar dari keju dan kopi

Yang membuat terenyuh, di akhir perbicangan Sam sama sekali tak meminta belas kasihan orang untuk membiayai penyakitnya. Padahal, itu diprediksi mencapai ratusan juta. Sam tidak berharap orang membantunya untuk menjalani terapi tarik tulang belakang atau Chiropractic, terapi listrik dan akupuntur, Magnetic Resonance Imaging (MRI), maupun menyewa jago silat.

Sam hanya ingin ada orang baik yang membawakannya keju dan kopi dari beberapa negara. Bukan karena suka. Dari dua bahan makanan itu, Sam belajar mengambil filosofi.

"Keju dan kopi itu dibuat oleh petani dengan kerja keras dan kesungguhan. Saya mau belajar dari sana," tuturnya.

Sam merupakan satu dari beberapa contoh penderita HNP yang mampu terus berkreasi dengan keadaan yang memprihatinkan. Sebelumnya, pelawak yang terkenal dengan slogan "Jari-Jari", Pepeng juga menderita kelumpuhan yang hampir sama dengan Sam.

Meski begitu, Pepeng patut berbangga karena dengan kondisinya yang terbaring di tempat tidur ia mampu meraih magister psikologi dari Universitas Indonesia.

Apakah masih hilang asa setelah melihat semangat mereka?

"Saya tidak belajar tentang filosofi produksi kopi, keju, dan Chiropractic yang ternyata punya makna dalam. Saya datang ke sini cuma mau belajar semangat hidup dari Sam," seru Rudiantara sambil meninggalkan singgasana Sammy yang berukuran 3x5 meter.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER