MISTERI PENUTUR MULTIBAHASA

Mengungkap Misteri di Balik Otak Polyglot

CNN Indonesia
Kamis, 06 Nov 2014 13:16 WIB
Di balik kemampuan seorang polyglot menguasai banyak bahasa, ada otak yang bekerja. Penelitian membuktikan seorang polyglot memiliki otak yang berbeda.
Ilustrasi otak (Thinkstock/Ivan Radovanovic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di balik kemampuan seorang polyglot menguasai banyak bahasa, ada otak yang bekerja. Penelitian membuktikan seorang polyglot memiliki otak yang berbeda dengan orang kebanyakan.

Ahli saraf di University College London melakukan penelitian untuk mengungkap misteri di balik otak polyglot. Mereka menemukan seorang polyglot memiliki lebih banyak materi otak putih di bagian otak yang memproses suara. Penelitian itu juga mengungkapkan bahwa otak polyglot kurang simetris.

“Materi otak putih terlibat dalam proses efisiensi proses informasi suara ke bagian otak yang disebut korteks primer,” kata Narly Golestani dari Institute of Cognitive Neuroscience University College London.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Golestani menjelaskan, serat saraf terlibat dalam menghubungkan daerah-daerah di otak. Orang yang cepat mempelajari bahasa memiliki volume materi putih yang lebih besar, dan itu mungkin berarti mereka memiliki lebih banyak serat saraf, atau ukuran serat saraf yang lebih tebal.

"Gambaran (materi otak putih) yang lebih besar ini mulai kita pahami bahwa bentuk dan struktur otak dapat menginformasikan kemampuan atau patologi manusia - mengapa orang ahli di beberapa hal terbukti dari scan ini," katanya.

Materi otak putih dengan jumlah yang lebih besar dapat menunjukkan peningkatan kemampuan untuk memproses suara.

Scan otak pada orang yang mudah mempelajari bahasa menunjukkan volume yang lebih besar dari materi putih di daerah pendengaran kiri, yang dikenal sebagai Heschl's gyrus, di mana suara diproses. Dan ada perbedaan posisi di belahan otak kanan antara orang yang cepat mempelajari bahasa dan yang lebih lambat.

Para peneliti juga menemukan ada asimetri yang lebih besar dalam volume lobus parietal, yang juga terlibat dalam pengolahan suara di belahan kiri otak.

"Kita bisa mulai membuat prediksi mengenai apakah orang-orang akan menjadi ahli dalam suatu hal atau tidak didasarkan pada struktur otak mereka," katanya. “Atau mendiagnosa masalah klinis,” kata Golestani menambahkan.

Penelitian tentang struktur otak dan kemampuan bahasa yang dilakukan oleh Narly Golestani, Nicolas Molko, Stanislas Dehaene, Denis LeBihan, dan Christophe Pallier ini telah diterbitkan dalam jurnal Cerebral Cortex.

(Baca juga: Tokoh Indonesia Penguasa Banyak Bahasa)

Kemampuan otak mengolah bahasa

Dijelaskan dokter spesialis saraf, Andreas Harry, otak manusia memiliki pusat linguistik dengan enam level, di antaranya morgologi dan leksikal.

“Orang seperti Gayatri ini keenam levelnya sempurna. Makanya dia multibahasa,” kata Andreas.

Menurut Andreas, orang yang linguistiknya bagus dari dialek dan logatnya juga akan bagus. Misalnya meski dia orang Jawa, ketika berbicara bahasa Inggris logatnya akan sama dengan orang Inggris. Tapi jika linguistiknya kurang bagus, masih akan terdengar dialek aslinya.

Bagaimana meningkatkan fungsi otak agar multibahasa? “Itu semua tergantung talenta,” ujar Andreas.

Orang normal biasanya memiliki ukuran otak kiri 15 persen lebih besar daripada otak kanan. Sementara Einstein memiliki ukuran otak kanan dan kiri yang sama besar.

“Orang kayak gini biasanya suka dicap aneh ketika sosialisasi dengan orang lain,” ujar Andreas menambahkan.

Untuk mengembangkan kemampuan otak, tubuh harus mendapatkan asupan nutrisi yang baik, oksigen yang baik, agar neuron otak bisa bertumbuh dengan baik pula.

“Orang polyglot itu tidak ada yang salah dengan otaknya. Hanya, kemampuan linguistik mereka itu memang sempurna. Saya juga tidak setuju kalau ada anggapan orang polyglot itu cenderung mati muda. Pasti ada masalah lain,” tuturnya.

(Baca juga: Lidah Bahasa Para Pesohor Dunia)

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER