KABAR FESYEN

3,3 Ton Sampah Jakarta Fashion Week Didaur Ulang

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Rabu, 03 Des 2014 16:11 WIB
Dari 4,4 ton sampah yang dihasilkan dari kegiatan Jakarta Fashion Week 2014, sebesar 3,3 ton sampah didaur ulang menjadi barang yang lebih berguna.
Ilustrasi Jakarta Fashion Week (Getty Images/Robertus Pudyanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penghitungan sampah yang dihasilkan dari kegiatan Jakarta Fashion Week 2015 selama tujuh hari telah selesai dilakukan. Hasil penghitungan mengungkapkan terdapat 4,4 ton sampah yang dihasilkan dari kegiatan tahunan ini.

Dari 4,4 ton tersebut, sebesar 75,52 persen sampah telah didaur ulang menjadi benda yang lebih berguna. Dengan kata lain, sebesar 3,3 ton sampah dari acara ini didaur ulang. Ini pertama kalinya dilakukan di Jakarta Fashion Week.

"Kalau dibandingkan dengan sampah yang dihasilkan dari kegiatan kuliner, ini termasuk sedikit. Karena tujuan utama orang ke JFW adalah menonton, bukan makan, sehingga sampah yang dihasilkan tidak terlalu banyak," kata Direktur Waste4Change Bijaksana Junerosano saat di konferensi pers The Body Shop, di Tesate, Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (3/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampah yang dihasilkan dari JFW 2015 diangkut oleh Waste4Change kemudian dipilah berdasarkan jenisnya. Setelah itu, barulah diserahkan ke pihak yang punya kemampuan untuk mendaur ulangnya. "Kertas didaur ulang jadi bubur kertas. Nantinya bisa untuk buat kardus," kata pria yang akrab disapa Sano ini.

Sementara itu, botol plastik dicacah agar menjadi bijih plastik. Bahan ini bisa digunakan untuk membuat polyester yang merupakan bahan pakaian. "Ini bisa diekspor sampai ke Taiwan dan Korea," tuturnya.

Menurutnya, masalah sampah sering kali terlupakan oleh penyelenggara acara. "Mereka biasanya hanya peduli apakah narasumbernya jadi datang atau seberapa banyak diliput media. Sementara sampah sering kali diabaikan," kata Sano prihatin.

Oleh karena itu, ia mengharapkan pemerintah dapat lebih tegas lagi dalam menindak hal ini. "Misalnya, saat perizinan gedung, pemerintah harus mendesak panitia agar bertanggung jawab pada sampah yang dihasilkan," katanya.

Sano menyarankan konsep zero waste. Maksudnya adalah usaha untuk membuat sampah menjadi bernilai, salah satunya dengan melakukan daur ulang. "Mungkin bagi kita ini sampah, namun bila didaur ulang, bisa jadi bernilai bagi orang lain," kata Sano.

Sementara itu, 24,48 persen sampah dari JFW 2015 merupakan sampah organik dan residu yang belum dapat diolah secara maksimal karena fasilitas pengolahan sampah organik yang belum memadai. Sisa sampah ini akhirnya dibuang ke TPA Bantar Gerbang.

Proses edukasi via media sosial juga dilakukan yaitu dengan tanda pagar BijakKelolaSampah, di mana mendapatkan respons sebanyak 870.936. Ada pula tanda pagar upcycleproject yang mendapatkan impresi sebanyak 7.001.935.

(mer/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER