FESYEN VULGAR

Kisah Hidup Rick Owens, Si Raja Fesyen Vulgar

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 23 Jan 2015 13:45 WIB
"Saya tumbuh dewasa dengan membenci ayah karena terlalu banyak mengontrol, tetapi dia mengubah saya menjadi seperti ini. Saya liberal, saya antikonvensional."
Perancang Busana Amerika Serikat Rick Owens. (Getty Images/ Rick Owens)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rick Owens menggemparkan Paris Fashion Week 2015 lewat rancangannya. Koleksi desainer berjuluk King of Kink ini menghadirkan potongan vulgar yang mengekspos organ intim para model pria. Bagaimana perjalanan hidup Owens yang membentuknya sebagai salah satu desainer dengan rancangan khas yang kontroversial saat ini?

Rick Owens lahir Porteville, kota pertanian tak jauh dari Los Angeles pada 1962. Rick adalah anak tunggal. Ayahnya seorang pensiunan pekerja sosial, dan ibunya seorang guru, yang juga penjahit handal.  Saat wawancara dengan Independent dilakukan pada 2011, orang tuanya masing-masing berusia 89 dan 78 tahun. Mereka pergi ke Paris untuk menyaksikan pertunjukan sang putra.

Owens bersekolah di sekolah Katolik lokal. Di mana, menurutnya, dia sangat kurus dan super sensitif. “Itu sulit, sangat sulit. Maksud saya, anak-anak lain sangat kejam seperti binatang. Hal itu masih membuat saya marah saat berpikir seorang anak kecil yang baik masuk ke lingkungan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketidakcocokan Owens dan teman-teman sekelasnya diperburuk dengan sikap keras sang ayah di rumah. Ayahnya tidak mengizinkan televisi ada di rumah keluarga, sampai putranya berusia 16 tahun. Owens beralih mendengar musik klasik karya komposer Richard Wagner dan Gustav Mahler. Dia pun membaca dengan deras karya-karya Aristoteles, Konfusius, Karl Huysmans, dan Pierre Loti.  

(Baca juga: Organ Intim Pria yang 'Mengintip' di Busana Rick Owens)

Masa kecil Owen tak menyenangkan

“Hubungan saya dengan orang tua saya bertentangan,” kata Owens dilansir dari laman Independent.

“Mereka hebat. Ibu saya ibarat sebuah pelukan berjalan. Tetapi ini sangat rumit. Ayah sangat homofobia. Dia bisa sangat rasis. Dia anti-aborsi, dan dia aktif dalam politik untuk menentang semua hal itu. Saya adalah reaksi yang jelas untuk itu.”

“Tapi ada juga sisi pada dirinya yang sangat lembut. Dia sangat pengasih. Sulit untuk menebaknya, karena Anda akan berpikir, dia Nazi tapi dia manis. Saya tumbuh dewasa dengan membenci ayah karena terlalu banyak mengontrol, tetapi dia mengubah saya menjadi seperti ini. Saya liberal, saya antikonvensional."

Setelah lulus sekolah, Owens melanjutkan ke Otis College of Art and Design di Los Angeles, tapi dia putus sekolah setelah dua tahun. “Biayanya terlalu mahal,” katanya. “Dan saya benar-benar tidak melihat pekerjaan ke depan.” Dia pun mengaku, dirinya tidak memiliki stamina intelektual untuk bertahan hidup di lingkungan tersebut.

Apapun itu, Owens akhirnya belajar cara memotong pola, “dengan perempuan-perempuan Korea ini, tidak glamor. Saya tidak tumbuh dalam industri seperti Marc Jacobs atau Halston.  Saya bekerja untuk perusahaan barang dagangan di LA. Saya membuat pola selama bertahun-tahun.

Si pemotong pola

Tak seperti banyak desainer yang bekerja di industri fesyen saat ini, saya memotong semua pola sendiri, yang kompleks dan sangat abstrak. “Anda tidak bisa secara meyakinkan membuatnya menjadi abstrak sampai Anda benar-benar tahu dasar-dasarnya,” kata Owens.

Di akhir 90-an, Owens, yang saat itu merupakan bagian integral dari subkultur Los Angeles, mulai merancang pakaian untuk dirinya dan teman-temannya. Sebuah jaket kulit dengan lengan panjang yang ramping, kaus sempit asimetris dalam nuansa kotor yang tetap pantas.

Lamy, yang pada saat itu menggawangi Cafe Des Artistes, salah satu tempat hiburan malam terkenal di kota itu, mengenakan pakaiannya. Begitu pula Courtney Love. Owens menyebut gaya khasnya sebagai glunge, gabungan penampilan glamour dan grunge. Desain tersebut dia ciptakan di rumah, lalu menjualnya ke sendiri ke pengecer.

Kancah internasional

Jika desainer independen lain menjual bisnisnya pada raksasa mode, seperti  LVMH (Louis Vuitton Moet Hennessy), Grup Gucci, dan lainnya, Owens berbeda. Dia mendukung agen penjualan Italia EBA, dan menjadi representatif desainer Eropa termasuk desainer Olivier Theyskens and Ann Demeulemeester.

Pada 2001 Rick Owens bergabung dengan kelompok Eo Bocci Associati. Dia ingin mengembangkan lini fesyennya ke kancah internasional. Owenscorp pindah ke Italia. Di tahun yang sama Kate Moss berpose dengan salah satu jaket kulitnya.

Owens menarik perhatian Anna Wintour yang kemudian mensponsori pertunjukan fesyen pertamanya di New York. Rancangan Rick Owens jadi label paling diminati. Koleksinya hampir terjual habis dalam seketika.

September 2002 adalah penampilan koleksi fesyen pertamanya yakni pada New York Fashion Week. Acara tersebut disponsori oleh pemimpin redaksi majalah Vogue Anna Wintour. Wintour memasukkannya ke daftar sebagai salah satu dari tiga 'Most Fabulous Recent Discoveries' lewat rancangan khasnya Glunge, 'glamour meets grunge'.

Pada 2002, Owens pun ditunjuk sebagai direktur artistik di Révillon, perusahaan bulu Perancis yang berdiri sejak 1723. Pekerjaan dan produksi di Eropa membuatnya pindah dari Los Angels ke paris. Owens bertemu Michele Lamy, diperkenalkan seorang teman dekatnya Rick Castro. Iowen menikahi Lamy dan tinggal di Paris sejak 2003.

(Baca juga: Koleksi Busana 'Pamer Kelamin' Desainer Rick Owens) (win/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER