Jakarta, CNN Indonesia -- Di kios berukuran empat meter persegi, Ahmadi menjajakan aneka batu akik yang sedang tren saat ini di Indonesia. Pembeli lalu lalang, ada yang hanya sekadar melihat, ada pula yang menunjukkan ketertarikannya untuk membeli batu akik dagangan Ahmadi.
Ia pun tak menjual batu berukuran kecil. "Saya enggak jual yang kecil sukanya yang gede," kata lelaki yang akrab dipanggil Babe ini.
Di kotak kaca yang tak seberapa besar, Babe menjual berbagai macam jenis batu. Mulai batu lokal sampai dari mancanegara. "Semua batu ada. Dari Aceh, Bengkulu, Ambon, Sulawesi. Kalau dari luar negeri dikit. Paling dari Brazil, Myanmar, Srilanka."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Katanya, batu-batu ini dibeli dari sesama pedagang batu lainnya. Baik itu di Jakarta Gems Center yang terletak di Rawa Bening atau membeli di daerah asalnya. Sementara untuk batu dari mancanegara, ia mengaku mendapatkan dari sales keliling. "Ada sales yang nawarin. Biasanya orang India. Dia jualnya per krat," ucapnya.
Tak berapa lama, datang seorang pedagang batu yang menjual batu secara satuan. Dari penampilannya, ia terlihat seperti pedagang keliling sekaligus konsumen.
"Babe, mau Bacan enggak? Nih, 15 juta," kata Sony, si penjual yang menawarkan batu bacan mentah pada Babe Ahmadi.
Batu bacan berbentuk persegi itu terlihat begitu cantik. Warnanya hijau toska dengan corak hitam. Belum digosok saja batu itu sudah mempunyai pesona sendiri.
Sony mengaku mendapatkan batu itu langsung dari Pulau Bacan, Ambon. "Ini namanya batu bacan doko. Saya pesan langsung sama penambang di sana," kata pria asal Yogyakarta itu.
Meski kualitas batu yang ditawarkan Sony bagus, namun Babe Ahmadi menolak membeli batu itu. "Saya enggak main yang begini. Yang udah jadi aja. Banyak risikonya," katanya.
Ahmadi memang hanya menjual batu akik dalam bentuk cincin dan kalung. Kedua bentuk perhiasan ini dinilai lebih praktis dibanding menjual batu mentah.
Babe menjelaskan, membeli batu berbentuk bongkahan rentan merugi. "Kalau batunya jelek kita enggak tahu kan. Kalau luarnya bagus ternyata dalamnya banyak kapurnya, terus ada retakannya, ya rugi."
Batu-batu akik dagangan Babe pun dijual dengan harga yang cukup tinggi. Harga terendah berada di kisaran Rp 500 ribu dan termahal bisa mencapai Rp 20 juta rupiah.
"Batu bulmon dari Jember, ini yang gede harganya 75 juta. Saya jualnya 20 juta," aku Babe.
Dengan harga yang sudah ditetapkannya, Babe Ahmadi pun bisa membawa pulang Rp 5 juta sampai Rp 6 juta setiap harinya. "Untungnya 2 juta sampai 3 juta sehari. Itu bisa lebih dari lima puluh persen," ujarnya.
Selain Ahmadi, pedagang lainnya, Iskandar dan Cut Farida, istrinya juga menjual batu akik di tempat ini. Mereka berdua lebih suka menjual batu akik mentah alias belum diolah. Batu-batu ini masih berbentuk bongkah-bongkahan kecil.
Mereka menjual batu nepritjade dan batu giok Aceh dalam bentuk bongkahan. Satu bongkahan harganya berkisar Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu.
Iskandar mengaku membawa batu-batu ini langsung dari Aceh. "Kalau bentuknya kecil bawanya dikardus lewat pesawat. Kalau besar pakai mobil angkutan," ujar Iskandar.
Pasar baru di Blok M SquarePasar batu akik ini sebenarnya adalah pasar yang baru di Blok M Square. Pedagang batu ada di Blok C dari bangunan ini. Itu pun lokasi mereka masih agak menyebar, tidak berkumpul di satu tempat saja.
"Pasar ini baru delapan bulan lalu. Tadinya di sini khusus penjahit buku bekas. Berhubung tempatnya kosong manajemennya pintar, batu lagi naik, diajak deh tukang batu, kata Babe.
Tak dimungkiri, beberapa waktu belakangan, popularitas batu akik melesat dengan cepat. Tak hanya para lelaki dewasa yang kini memburunya, perempuan dan anak-anak pun ikut terjangkit demam batu akik.
Di sini, ada lebih dari 200 kios yang menjual beragam jenis batu. Anda pun harus menyiapkan tenaga ekstra untuk berkeliling mencari batu yang Anda inginkan dengan harga yang bersaing satu sama lainnya.
Meski pasar batu permata dan batu cincin ini baru ada sekitar delapan bulan lalu, namun pelanggan yang datang cukup ramai setiap harinya. "Di sini setiap hari ramai. Banyak yang cari batu," kata Agus, salah satu petugas keamanan di kawasan ini.
Ada begitu banyak batu yang dijual di sini, mulai dari sapphire, ruby, kecubung, garnet, zamrud, citrine, chalcedony, red baron, aqua marine, opal, bacan dan masih banyak lagi.
Ahmadi mengatakan hampir semua batu memiliki penggemarnya masing-masing. "Sekarang rata-rata umumnya bacan yang dicari karena lagi booming," ungkapnya. Bahkan, popularitas batu yang sedang naik, membuat semua batu laku dijual. "Tapi, semua batu lagi 'enak' dijual," imbuhnya.
Pasar Batu Permata dan Batu Cincin di Blok M Square ini buka sejak pukul 10 pagi hingga 10 malam. Semakin malam, pengunjung pun semakin banyak berdatangan. Batu akik memang tengah jadi fenomena heboh di Indonesia, khususnya Jakarta.
"Mungkinkah Indonesia kembali ke zaman batu?"
(chs/utw)