Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia Fashion Week (IFW) 2015, benar-benar memberikan kesempatan bagi para desainer untuk menunjukkan koleksi busananya di hadapan masyarakat luas.
Setelah melibatkan mahasiswa dalam Indonesia Trend Forecasting, IFW 2015 juga memberikan ruang untuk siswa SMK NU Banat Kudus yang bekerja sama dengan desainer busana muslim Irna Mutiara dalam binaan Bakti Pendidikan Djarum Foundation dan Bank BNI.
Para siswa itu memboyong 45 koleksi busana muslim bergaya syar'i dengan warna pendar kuning, abu-abu, beige, dan hitam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hampir semua busana perempuan memiliki siluet A-Line dengan lapisan apron yang bisa dibongkar pasang. Busana-busana tersebut juga memiliki detail potongan asimetris tanpa hiasan yang rumit.
Beberapa busana terlihat seperti menggunakan bahan satin dan chiffon. Ada juga busana model
cape, jubah panjang dengan capuchon,
outerwear berpotongan asimetris dan sebagainya.
Sementara untuk busana laki-laki banyak menggunakan
outerwear dengan model jaket berlengan panjang dan siluet yang lurus yang dipadukan dengan kemeja dan celana 7/8 dan two tone pants. Tak ketinggalan busana para lelaki pun dilengkapi dengan syal yang dibebatkan di leher.
Untuk busana dengan warna dominan hitam, model baju perempuannya terkesan terlalu menumpuk dengan model hijab yang juga panjang. Akibatnya yang terlihat hanya bebatan kain dengan siluet A-Line.
Busana lelaki terkesan lebih sederhana dengan menggunakan
outer sleveeless dengan potongan asimetris dan jaket dengan siluet lurus yang dipadukan dengan kemeja dan celana warna beige.
Fashion show kali ini dikemas dengan konsep lebih dramatik. Menjelang akhir
fashion show, para model membuat sebuah lingkaran di tengah panggung dan berjalan memutar. Gerakan ini diakhiri dengan para model yang berbaris di sisi-sisi panggung yang kemudian disusul dengan barisan semua model yang telah menampilkan koleksi busana.
Kemudian, Irna Mutiara muncul bersama empat desainer pelajar SMK dan disambut tepuk tangan yang meriah dari penonton.
Literatur pendidikan sangat pentingMemanfaatkan industri fesyen muslim yang sedang berkembang pesat, anak-anak SMK yang sudah mempunyai bekal teknik menjahit diajarkan untuk mengembangkan tren dan melihat potensi pasar.
"Kami mengarahkan anak-anak jadi fashion desainer. Fokus pada busana muslim dengan sentuhan tradisional," kata Program Direktur Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Primadi Serad dalam konferensi pers di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (27/2) malam.
Kudus dipilih karena predikatnya sebagai kota santri dan kampung halaman dari Djarum. "Kami harapkan dari kota ini bisa lahir insan kreatif di bidang tata busana," ujar Primadi.
Sementara itu, Irna Mutiara menilai pengembangan industri fesyen yang dimulai sejak dini seperti di SMK merupakan langkah yang sangat penting. Apalagi Indonesia punya cita-cita menjadi pusat busana muslim dunia.
Jika ingin cita-cita tersebut bisa terwujud, Indonesianharus mengusung fesyen dari sektor pendidikan juga, bukan hanya dari industri. "Kita masih miskin literatur busana muslim. Ini harus dimulai," pungkasnya.
Untuk membantu anak-anak tersebut berkreasi, Irna dan tim membuat sebuah modul yang berisikan sejarah mode masuk kaidah busana mislim menggabungkan busana dan unsur lokal untuk dijadikan sebagai panduan karena kurikulum pendidikan yang belum memadai untuk itu.
(ard/ard)