INDONESIA FASHION WEEK

Aksi "Melepas Baju" di Panggung IFW

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Minggu, 01 Mar 2015 10:40 WIB
Ada yang tak biasa dalam konsep fashion show yang ditawarkan Albert Yanuar malam tadi. Parade busananya dipenuhi aksi melepas baju oleh para model.
Koleksi busana Albert Yanuar di IFW (CNNIndonesia Photographer/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada yang tak biasa dalam konsep fashion show yang ditawarkan Albert Yanuar malam tadi (28/2). Parade busananya dipenuhi aksi melepas baju oleh para model.

Awalnya, fashion show desainer muda ini berjalan seperti biasa dengan model yang berlenggak-lenggok di atas panggung untuk membawakan busananya. Namun, di tengah runway, empat model membentuk pola lingkaran, tiba-tiba melepas baju-baju cantik yang tadinya mereka kenakan.

Mereka yang sebelumnya tampil dengan two pieces set dress dengan siluet A-line dan I-line, melepas baju atasannya. Sontak penonton pun terkejut. Yang lebih mengejutkan, ternyata ketika mereka melepas baju atasannya, keempat model itu hanya mengenakan strapless dress cantik bersiluet A-line dan mini dress tanpa lengan yang memperlihatkan lekuk tubuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka pun kembali berlenggak-lenggok di atas panggung dengan menggunakan busana "baru"-nya itu.

Ternyata, aksi melepas baju tak hanya sampai di situ. Di akhir fashion show, model yang tampil mengenakan gaun strapless asimetris bersiluet A-line juga melepaskan roknya. Tampilannya pun berubah seketika, menggunakan mini dress strapless.

Roknya pun ia gunakan menjadi sebuah vest berpotongan asimetris yang disematkan di lengannya. Ia menunjukkan penampilan barunya dengan membentangkan tangan seperti burung sehingga detail vest tersebut terlihat.

Sebanarnya, busana yang dipamerkan Albert memiliki potongan dan model sederhana, namun ia konsisten bermain detail.

Keseluruhan busana Albert yang mengangkat tema Chinoize ini menggunakan warna putih dan biru. Ia mengaku terinspirasi dari Chinese Porselen pada abad ke-19.

Detail bajunya menggunakan pola yang rumit dan dicetak menggunakan digital printing. Ada pula beberapa motif yang dilukis dengan tangan dan dibuat menyerupai batik mega mendung.

"Dari segi motif saya develop dengan hand painting setelah itu baru digital print. Ornamen dan aplikasinya dibuat lebih hi-tech dan bisa dipakai sehari-hari," ujar Albert.

Selain Albert, ada juga tiga desainer muda lainnya dalam satu rangkaian fashion show itu, seperti Kleting, Rinda Salamun, dan Savira Lavina.

Koleksi busana rancangan Savira Lavina. (CNNIndonesia Photographer/Adhi Wicaksono)
Mengangkat tema Trancendental, Kleting mengaku terinspirasi dari spiritualisme. "Ketika diam atau sedang berdoa, kita masuk dalam transisi antara ada dan tiada," katanya.

Ia pun menggambarkannya dalam sebuah pola abstrak yang penuh warna dengan bentuk busana yang saling bertabrakan dan tidak lazim.

Misalnya saja, sebuah rok dengan potongan lurus, namun di bagian bawahnya terdapat aksen tumpukan yang mengembang sampai menyebabkan sang model sulit melangkah.

"Potongannya lebih banyak ke sporty. Tapi ada yang girly juga, yang menandakan perempuan yang memakai merasa fearless, aktif, dan berani mencoba hal baru," lanjut Kleting.

Kembali mengangkat digital print, Rinda Salamun mengusung tema Elevation. "Konsep utama berasal dari puncak Pegunungan Jayawijaya, Carstensz Pyramid. Saya bereksprimen dengan polanya," ucap Rinda.

Rinda menggunakan bahan neoprene dan wool. Koleksi ini lebih young dan sporty," tukasnya. Hal ini dilakukan karena ia ingin menampilkan sisi fun dan fearless dengan warna dominan hitam dan putih, juga beberapa warna lainnya seperti maroon dan oranye.

Berbeda dengan ketiga rekannya yang menggunakan digital print, Savira Lavina menggunakan screen print dalam koleksi busananya. Ada juga beberapa busana dengan detail embroidery yang melambangkan femininitas.

Busana ready to wear-nya menggunakan warna hitam putih dengan bahan neoprene, 3D space fabric, synthetic leather, PVC, Cotton-spandex, knitted warp mesh dan stretchy satin.

Tampilan busana Savira didominasi dengan jaket dan coat, serta turtleneck. Tema fashion show pertamanya ini diberi nama The Trip. Ide merancangnya tercetus dari perjalanannya menuju Yogyakarta.

Savira mengaku juga terinspirasi dari batik. "Saya juga terinspirasi dari motif batik karena artinya baik dan memiliki nilai sendiri," ujarnya. Yang menarik, ia pun mengaku terinspirasi dengan sosok Wiro Sableng.

Hal ini ia tuangkan dengan mencantumkan nomor 212 pada beberapa busananya. Ia juga menggunakan motif jawa lainnya seperti lambang keraton dan menggunakan banyak gambar segi enam. (vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER