Keindahan Bangunan Terbengkalai di Balik Busana Mazuki

Rahmi Suci Ramadhani | CNN Indonesia
Sabtu, 21 Mar 2015 11:05 WIB
Miranda Mazuki, desainer muda Indonesia yang punya segudang pengalaman internasional baru saja meresmikan label fesyennya sendiri, Mazuki.
Desainer muda Miranda Mazuki meluncurkan label fesyen "Mazuki" di Casa Domaine Marketing Gallery, Jakarta Selatan, Jumat (20/3). (Arselan Ganin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jika ada yang bisa melihat keindahan di balik konstruksi bangunan yang terbengkalai dan menerapkannya pada fesyen, ialah Miranda Mazuki. Desainer muda Indonesia yang punya segudang pengalaman internasional tersebut baru saja meresmikan label fesyennya sendiri, Mazuki.

Pada koleksi pertamanya, Mazuki's Capsule Collection 2015 bertajuk Comfortable Solitude, Miranda menghidupkan suasana bangunan telantar ke dalam busana ready to wear bagi pria dan wanita yang berkualitas dan nyaman dikenakan.

"Dalam koleksi ini, ada sense of abandonment sekaligus kenyamanan. Ini seperti Anda bisa menemukan keindahan dari sebuah tempat yang tampak soliter (menyendiri)," kata Miranda ditemui di sela Peluncuran Mazuki di Casa Domaine Marketing Gallery, Jakarta Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Garis-garis patah dan geometri asimetris khas bangunan terbengkalai diaplikasikan Miranda pada busana rancangannya. Warna-warna dari palet monokromatik seperti hitam, putih, krem, dan biru tua mempertegas siluet dan struktur geometris pada busana karya Miranda.

Koleksi busana rancangan Miranda Mazuki. (Arselan Ganin)
Desainer asal Medan yang pernah magang di label ternama dunia Yves Saint Laurent Beverly Hills itu memiliki gaya rancangan busana yang sangat terstruktur dengan clean cutting. Gaya tersebut menampilkan kesan sangat minimalis namun tetap unik karena siluet garis-garis asimetris.

"Saya senang memberi aksen pada bagian pinggang dan pinggul, Anda akan banyak melihat aksen tersebut di koleksi saya. Dan saya juga berusaha untuk selalu membuat rancangangan saya dapat dikenakan oleh beragam ukuran dan bentuk tubuh," kata Miranda.

Desainer 21 tahun yang pernah bekerja dengan label Joseph Altuzarra dan Jill Stuart ini banyak bermain dengan bahan katun, sutra, dan wol. Beberapa koleksinya juga memadukan bahan-bahan tersebut.

"Saya suka bermain dengan volume dan bobot kain yang berbeda-beda. Saya melihat itu akan terjadi di masa depan, padu padan dan mengombinasikan bahan," tutur Miranda.

Ia mengatakan Mazuki menyasar konsumen yang fokus pada karier dan bermobilitas tinggi. Konsep rancangan minimalis yang amat terstruktur menjadikan busana Mazuki dapat digunakan sebagi outfit sepanjang hari, dari pagi hingga malam.

Koleksi busana rancangan Miranda Mazuki. (Arselan Ganin)
Miranda juga mengedepankan penyelesaian busana dengan jahitan yang rapi atau ia sebut dengan clean finishing. Kualitas bahan yang digunakan serta jahitan rapi itulah yang dikatakan Miranda sebagai keunggulan rancangannya.

Keunggulan lainnya, menurut Miranda, adalah dari segi personalisasi gaya. Ia menuturkan, desain yang minimalis dan warna yang cenderung netral memberi keleluasaan bagi pemakai busana untuk memberi sentuhan selera pribadi pada busana yang dikenakan.

"Semoga konsumen menemukan bahwa tujuan saya memakai warna monokromatik dan desain yang sangat sederhana adalah agar memberi ruang untuk penyesuaian. Jadi, mereka dapat mengkreasikan gaya masing-masing," ujarnya.

Sebelum mantap pulang ke Tanah Air dan merintis label Mazuki, Miranda menjabat sebagai desainer di label Opening Ceremony. Pada label kenamaan di New York tersebut, ia bekerja bersama desainer Humberto Leon dan Carol Lim.

(mer/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER