Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika Lebaran tiba, orang tua biasanya memberikan hadiah atau penghargaan berupa salam tempel kepada anak-anak. Entah darimana asalnya, yang jelas memberikan salam tempel sudah jadi tradisi di dalam keluarga di Indonesia.
Sehabis Salat Ied, biasanya orang tua memberikan amplop, yang isinya adalah lembaran-lembaran uang. Atau ketika bersilaturahmi ke rumah saudara, bibi, paman, om, kakek, atau nenek, biasanya anak-anak mendapatkan sejumlah uang atau yang biasa disebut sebagai salam tempel. Namun, baikkah sebetulnya tradisi salam tempel untuk anak?
Psikolog dari Universitas Indonesia, Rose Mini, memandang tradisi pemberian salam tempel ini sebagai budaya, bukan merupakan kewajiban. Rose Mini sendiri tidak terlalu menerapkan kebiasaan ini di dalam keluarganya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau saya enggak terlalu ya. Pertama, itu bukan kebudayaan kita juga. Tapi intinya, anak-anak itu mau dimanjakan pada hari Lebaran agar dia bisa jajan. Kalau itu tradisi keluarga di suatu tempat sih enggak ada masalah,” kata perempuan yang akrab disapa dengan Bunda Romi tersebut, saat berbincang dengan CNN Indonesia belum lama ini.
Rose Mini tidak setuju jika memberikan sejumlah uang yang jumlahnya besar sebagai salam tempel kepada anak. “Value-nya disesuaikan dengan umur anak. Jadi kalau ada orang yang kasih hadiah lebaran ke anak-anak satu juta atau lima ratus ribu kasihan banget sih.”
Masalahnya, anak belum bisa me-manage dirinya sendiri, kata Rose Mini. “Kalau misalnya dia masih kecil, mungkin orangtua bisa kasih sepuluh ribu dengan uang yang masih baru, yang masih kenceng. Itu juga sudah cukup menyenangkan,” ujar Rose Mini.
Pada akhirnya, dia melanjutkan, yang terpenting adalah ketika anak punya kemampuan sendiri untuk menentukan apa yang ingin dia beli, tanpa harus meminta kepada orang tuanya.
(win/mer)