Jakarta, CNN Indonesia -- H&M meluncurkan sebuah usaha baru dalam rangka mempromosikan daur ulang. Retail fesyen terbesar kedua di dunia itu sedang berjuang mengurangi dampak negatif usaha mode terhadap lingkungan.
Yakni dengan meningkatkan kepercayaan publik lewat kampanye yang menyerukan tingginya tingkat kekurangan bahan baku.
Langkah tersebut dilakukan setelah banyaknya kritik akibat kerusakan yang disebabkan oleh budaya membuang. Budaya tersebut dipicu pakaian murah yang tiap tahun jumlah penjualannya meningkat kian tajam di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CEO H&M Swedia Karl-Johan Persson mengatakan, H&M Swedia, yang pekan ini meluncurkan lini jin yang mengandung kapas daur ulang, menawarkan hadiah tahunan sebesar US$1,16 juta (atau sekitar Rp 1,6 triliun) bagi para orang-orang yang bisa menciptakan teknik-teknik terbaru mendaur ulang pakaian.
“Tidak ada perusahaan,
fast fashion (retail fesyen) atau bukan, yang dapat melanjutkan persis seperti hari ini,” kata Persson. “Hadiah tersebut membantu kami untuk menemukan teknologi baru yang dapat mendaur ulang serat dengan kualitas tidak berubah.”
Dengan tekanan jumlah penduduk yang kian meningkat, perusahaan retail fesyen seperti H&M prihatin dengan kurangnya potensi kapas di masa depan yang sangat bergantung pada air dan pestisida. Metode daur ulang katun membuat serat jadi berkualitas buruk.
Lagi pula, tidak ada cara yang efisien untuk mendaur ulang pakaian dari bahan campuran. Akibatnya, sebagian besar pakaian akan berakhir di tempat pembuangan sampah.
Johan Rockstrom, profesor ilmu lingkungan di Universitas Stockholm yang juga dewan juri untuk perlombaan H&M mengatakan, “Industri fesyen perlu menemukan model bisnis baru untuk merespons kekurangan sumber daya global.”
“Ini adalah tantangan besar bagi H&M yang memiliki trademark sebagai pakaian murah dengan kualitas baik. Fakta dari pakaian murah adalah adanya risiko orang-orang membeli dan membuangnya, atau membeli terlalu banyak,” katanya.
H&M menerima pendapatan yang meningkat dua kali lipat sejak 2006. Pada November tahun lalu saja, pemasukan Hennes & Mauritz mencapai US$ 18,3 miliar atau sekitar Rp 183 triliun. Menjadikan perusahaan ini sebagai pengecer fesyen terbesar kedua setelah Inditex di Spanyol.
Perlombaan ini diluncurkan oleh sebuah yayasan yang didirikan oleh H&M yang didanai oleh pengecer fesyen tersebut dan keluarga Persson, pemilik utamanya.
(win/mer)