Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak lelucon seksis yang terjadi di kantor. Mulai dari bersiul kepada seorang rekan kerja perempuan, sampai meminta dibuatkan kopi. Seksisme adalah hal yang sangat menjengkelkan, sekalipun itu kecil bentuknya.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam
The Psychology of Women Quarterly, seksisme terselubung di tempat kerja mempunyai dampak merusak kesehatan yang sama pada perempuan seperti halnya seksisme terbuka.
Penelitian ini melaporkan, lelucon seksis kerap terjadi di kantor-kantor. Komentar dan budaya kantor yang melecehkan perempuan dapat merusak kesejahteraan perempuan seperti halnya pemaksaan seksual.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para peneliti di Australia menemukan, ketika perempuan merasa seolah-olah sedang didiskriminasi karena jenis kelamin, mereka memiliki dampak bahaya yang sama dengan tekanan kerja lain, misalnya pekerjaan yang bertumpuk atau kondisi kerja yang buruk.
Para peneliti mengimbau, para manajer seharusnya tidak cepat merasa puas dan percaya hanya karena kebijakan anti-seksis di tempat kerjanya, bukan berarti masalah perempuan yang diperlakukan buruk di tempat kerja telah terpecahkan.
Anna Genat, rekan peneliti dari Universitas Melbourne memperingatkan bahwa bentuk seksisme yang 'kurang intens' tidak boleh dianggap sebagai hal yang lebih tidak merusak.
“Ini tidak boleh dianggap sebagai bentuk yang lebih rendah dari seksisme.” Genat dan timnya mendapatkan kesimpulan tersebut setelah menganalisis 88 studi independen yang secara keseluruhan meneliti 73.877 perempuan bekerja.
Temuan tersebut menunjukkan, ketika perempuan menjadi target seksisme dan pelecehan di tempat kerja, maka mereka akan lebih merasa tidak puas dengan supervisor dan manajer, daripada dengan rekan kerja mereka.
Mereka juga menemukan kecenderungan efek yang lebih negatif dari seksisme dan pelecehan di tempat kerja yang didominasi laki-laki, misalnya di kepolisian, angkatan bersenjata, perusahaan jasa keuangan dan hukum.
Namun, para peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Genat menambahkan, “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa organisasi tidak boleh memberikan toleransi sama sekali terhadap kejadian seksisme, meskipun intensitasnya rendah, sama halnya dengan yang mereka lakukan terhadap pelecehan seksual terbuka.
“Diperlukan pendidikan kepada para pekerja tentang bahaya intensitas kejadian seksis rendah, tidak hanya untuk perempuan, tapi juga untuk iklim organisasi secara keseluruhan.”
(win/mer)