ARTIKEL SPONSOR

Dominique Diyose: Modelling dan Pecinta Alam

Advertorial | CNN Indonesia
Senin, 19 Okt 2015 00:00 WIB
Dominique Diyose, lahir di Semarang, 7 Agustus, 27 tahun silam.
Jakarta, CNN Indonesia -- Dominique Diyose, lahir di Semarang, 7 Agustus, 27 tahun silam. Memulai karirnya sejak usia 13 tahun. Saat itu Domi --sapaan akrabnya-- memulai jalannya menuju dunia model dengan bergabung pada salah satu sekolah model kenamaan. 

Mencoba mempraktikkan ilmu yang didapatnya di bangku sekolah model, wanita berdarah Tionghoa ini memulai debut pertamanya dengan menjadi model salah satu majalah kenamaan kala itu. “Awalnya aku hanya foto untuk editorial, tapi setelah dilihat ternyata fotoku dijadikan cover majalah,” cerita wanita bernama lengkap Dominique Agisca Diyose.

Domi mengaku keinginan menjadi seorang model berawal dari kesenangannya menonton peragaan busana di televisi, “Melihat model-model kala itu seperti Okky Asokawati membawakan busana sepertinya panggung itu milik mereka. Dan Aku ingin banget seperti mereka.” 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak debut perdananya, wanita yang tampil lebih segar dengan potongan rambut baru yang lebih mengekspresikan kepribadiannya yang sedikit tomboy itu mengaku mulai banyak mendapatkan tawaran foto untuk majalah, “Dan kebanyakan aku mendapatkan tawaran untuk majalah wanita bersegmen dewasa yang high fashion. Memang tidak sesuai dengan usia 15 tahun saat itu,” kata Domi yang kini sudah memeragakan busana karya Biyan, Oscar Lawalata, Edward Hutabarat, Sebastian Gunawan dan perancang luar seperti Prada, Fendi, Alberta Ferreti.

Sebabnya, tidak jarang ia dipandang sebelah mata oleh para model senior, “Sampai sempat ada yang bilang ini kok orang tuanya kenapa mempekerjakan anak di bawah umur,” lanjutnya. 

Hingga akhirnya ia memutuskan melebarkan sayapnya ke dunia seni peran. Ia menerima tawaran bermain film Berbagi Suami di tahun 2006. Kala itu usianya masih 16 tahun. Karakter Ming yang diperankannya pun cukup kontroversial. 

“Saat menulis skenario, menurut Teteh Nia (Nia Dinata) memang mempersiapkan peran yang mungkin cocok untuk Aku. Aku diminta untuk casting,” tutur pemenang kategori pemeran utama wanita terpuji pada ajang Festival Film Bandung untuk debut film pertamanya itu.

Untuk peran yang cukup kontroversial itu, Ibunda Domi pun sempat merasa khawatir dengan peran yang diberikan untuk anaknya tersebut. Hingga akhirnya harus melakukan diskusi dengan Nia Dinata. “Enaknya adalah Teteh Nia sangat terbuka untuk berdiskusi. Dia bilang ini akan menjadi sesuatu yang meledak tapi akan menjadi sesuatu yang kontroversial juga. Kita sama-sama jaga aja di sini,” ceritanya. 

Pengalamannya berkarir di dunia model sejak usia 13 tahun, membuat Dominique tertarik untuk menjadi salah satu mentor pada program Cantik Indonesia bersama Safe Care. Melalui ajang ini ia berkeinginan untuk berbagi ilmu dengan anak-anak yang belum memiliki kesempatan dan mau belajar, “Agar setelah dari sini mereka sudah tahu mau jadi apa,” kata Domi yang berkeinginan untuk memiliki sekolah model sendiri itu.

“Hal yang sama yang selalu Aku sampaikan ke anak-anakku setiap minggunya kalo mereka harus sudah tau apa yang harus mereka lakukan setelah dari kompetisi ini. Bukan soal jadi pemenangnya, tapi lebih kepada proses belajarnya,” lanjut Domi. 

Selain menjadi mentor untuk ajang Cantik Indonesia bersama Safe Care, disela-sela kegiatannya ia masih sempat untuk memuaskan keingianannya untuk bertualang. Puncak Gunung Semeru menjadi salah satu puncak gunung yang pernah ditaklukan Domi, “Masih banyak gunung yang pingin aku daki. Kerinci, Ijen, masih ada ini masih ada itu”. 

Kecintaannya terhadap alam tidak lepas dari kenangan Domi semasa kecil saat tinggal di kawasaan pedesaan di Semarang. Untuk Domi alam itu menjadi salah satu “makanan” untuk jiwa. “Untuk masa yang kini serba urban, Aku butuh yang bersinggungan salah satunya yang berkaitan dengan alam. Naik gunung, ke pantai, eksplor,” cerita dengan wajah berbinar.

Bukan saja bertualang, kecintaannya pada alam membuat Domi bersama 12 orang teman-teman traveller lainnya tergerak untuk membentuk #LangkahAnakBangsa. Komunitas ini digagas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hal-hal kecil yang memang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. ”Entah itu membuang sampah pada tempatnya, daur ulang sampah-sampah plastik, dan penghijauan,” tutupnya. (adv/adv)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER