JAKARTA FASHION WEEK 2016

Napak Tilas Semarang di Rancangan Anne Avantie

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Rabu, 28 Okt 2015 16:01 WIB
Desainer kebaya legendaris itu mengetengahkan tema ‘Gambang Semarang’ di Jakarta Fashion Week 2016.
Desainer Anne Avantie menghadirkan 'Gambang Semarang' di JFW 2016 (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga tahun sudah Anne Avantie 'rehat' dari runway Jakarta Fashion Week. Tahun ini, desainer kebaya kontemporer itu kembali di awal tahun ke-26 kiprahnya di dunia mode Indonesia. 

Membawa tajuk Gambang Semarang, Anne menunjukkan ia masih eksis, bahkan menapak diri menjadi legenda mode Indonesia. Karyanya masih menunjukkan Anne yang dahulu, mendobrak batas pakem kebaya namun dengan sentuhan magis yang membuat kebaya itu 'bernyawa'. 

Anne tak lagi muda. Perempuan yang akrab disebut Bunda itu datang ke jumpa pers sesaat sebelum pagelaran Gambang Semarang dilakukan dengan kursi roda. Namun ia masih ramah, dan dengan jambul belah tengah ciri khasnya. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya selalu semangat untuk kembali ke panggung Jakarta Fashion Week," kata Anne. "Bagi saya, panggung pagelaran mode itu bukan bentuk promosi karya, namun berbagi inspirasi dan cerita,"  kata dia. 

Koleksi Anne Avantie di JFW 2016 (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)


Anne memang terkenal kerap 'mendongeng' baik ketika diminta menjadi narasumber ataupun melalui baju-bajunya yang menjadi langganan Puteri Indonesia itu. Bunda mendongeng dengan berbagai motif, warna, dan corak yang ada di atas kebayanya. 

Tahun ini, Semarang menjadi semangat Anne untuk pulang kembali ke rumah, kembali ke keluarga yang ia akui selama belasan tahun telah ia tinggalkan kewajibannya karena bergelut di dunia mode Indonesia. Semarang yang merupakan kota peninggalan Belanda itu menjadi tempat Anne berkreasi, mengembangkan usaha mode dengan sumber daya lokal, serta menjadi tempat memorabilia dirinya mengenang masa lalunya.  

Ibukota itu diakui Anne memiliki empat budaya yang bersatu, yaitu keturunan Tionghoa, Jawa, Belanda, serta Arab. Empat unsur itulah yang digubah Anne dalam koleksinya kali ini, Tionghoa diwakilkan hijau dan merah; Jawa dengan coklat, emas, dan hitam; Belanda berupa warna cerah; serta Arab berupa kerudung. 

"Saya tak ingin unsur-unsur itu dipisah dalam beberapa baju. Menurut saya, bersatu akan menjadi lebih indah, satu kolaborasi itu menjadi sebuah kebersamaan," kata Anne. 

Mengerjakan sebanyak 40 koleksi adiluhung dalam rentang waktu hanya dua bulan, tentu bukan perkara mudah mengingat model kebaya Anne yang glamor dan rumit. Namun, meski terlihat semakin berumur, Anne menunjukkan ia masih menjadi desainer adibusana kebaya Indonesia. 

Perjalanan Sejarah dan Standing Ovation 

Pagelaran itu dibuka dengan sebuah dokumenter kuno menggambarkan Semarang yang masih berada di bawah pemerintahan Hindia-Belanda. Dengan lagu Gambang Semarang versi asli, satu per satu koleksi Anne keluar. 

Pertama, diperlihatkan kebaya hijau berselendang hijau merah. Kebaya yang terlihat anggun itu, tak ‘terasa’ seperti ciptaan Anne Avantie. Kebaya-kebaya itu didominasi warna merah, jingga, pink, dan dengan bawahan kain batik jawa coklat. Kesan kolonial sangat terasa. Rupanya Anne menyiapkan beberapa jenis kebaya ala Solo itu sebagai pembuka.

Dibawakan apik oleh para selebritis dan dengan konsep teatrikal, pertunjukan mode berjalan menyenangkan.
 

Babak pertunjukkan kedua pun bergulir. Kali ini, Anne menunjukkan identitasnya, belahan dada kebaya yang sempat kontroversial namun dijiplak di mana-mana itupun keluar. Dengan permainan warna antara merah, hijau, dan emas, Anne menghadirkan sensualitas dalam balutan brokat dengan belahan tinggi mencapai paha. 

Koleksi berikutnya Anne bermain dengan brokat merah dan kain dengan kombinasi merah, hitam, coklat dan emas. Dalam koleksi ini, sekilas kebaya yang ditampilkan memang tak beda dengan lainnya, tapi kebaya ini memiliki ekor yang tak biasa. Anne hanya memberikan ekor kebaya di satu sisi, aneh namun terkesan seperti selendang yang justru membuat makin cantik.  

Anne pun tak membiarkan dirinya terkurung dalam stigma kebaya berpasangan dengan kain ataupun dress langsung yang panjang. Kali ini, ia memasangkan kebaya khas rancangannya, dengan celana skinnny bermotif batik. Ditambah dengan stiletto yang juga bermotif batik, tampilan ini terlihat nyentrik namun otentik. 

Koleksi Anne Avantie di JFW 2016 (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)


Sosok aneh pun muncul. Model dengan kerudung dari bahan transparan yang menutupi hampir seluruh tubuh. Anne kemudian mengeluarkan kebaya bernuansa hitam dan merah lalu dikombinasikan dengan bawahan kain batik hitam dan emas. Baju yang sudah menakjubkan itu semakin megah dengan riasan kepala yang dipilih Anne, yaitu sanggul membentuk mahkota berias emas.

Sekilas karya Anne kali ini mengingatkan akan karya Alexander McQueen namun dalam versi kebaya dan batik.
 

Desainer Semarang itu tidak hanya menampilkan bawahan kain, tapi juga celana skinny bermotif hitam dengan polkadot emas dan sepatu mary jane platform merah. Anne membuktikan, untuk tampil anggun, tidak melulu menggunakan bawahan kain ataupun dress tetapi keanggunan itu muncul dari pakaian itu sendiri. 

"Saya ingin semua bahagia bersama saya, desainer itu bukan dunia yang eksklusif seperti gelas kristal. Ketika sebuah karya dapat dinikmati oleh publik, saat itulah karakter desainer berbicara," kata Anne. 

Koleksi Anne meskipun beberapa terbagi dalam satu nuansa yang sama, namun bila dilihat lebih detil tak ada karya Anne satu dengan yang lainnya sama. Anne membuat motif organik dengan sesuka hati dan tak menggunakan pola tertentu, mengingat ia pun mengakui tak dapat menggambar pola. 

Belum lagi kerumitan pola payet yang Anne gunakan, maka wajar bila kerumitan pada karya Anne dapat serumit pola pada batik tulis di Indonesia, beragam dan jarang ada yang sama secara persis. 

Mengingat karya Anne yang sudah begitu sering dicontek oleh berbagai kalangan sebagai terobosan kebaya dan batik, namun Bunda Kebaya Kontemporer itu tidak keberatan. Dia mengatasinya dengan tetap selalu lebih maju dalam hal kreatifitas dan inovasi. 

Oleh karena itu, bukan sebuah hal yang berlebihan jika di akhir pergelaran, hampir seluruh tamu undangan berdiri dan memberikan tepuk tangan. Standing ovation. Lambang apresiasi tertinggi dari penonton, yang dianggap layak untuk seorang Anne Avantie atas karya dan pengabdiannya membawa kebaya ke level adibusana.  (les/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER