Kemampuan Berbahasa Percepat Kesembuhan Pasien Stroke

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 27 Nov 2015 09:01 WIB
Orang yang berbicara dua bahasa, dua kali lebih mungkin mengalami fungsi kognitif normal setelah stroke, berdasarkan sebuah studi terbaru.
Ilustrasi otak manusia. (Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah studi yang dilakukan Nizam Institute for Medical Sciences di Hyderabad, India, menyebutkan bahwa kemampuan berbahasa berkontribusi positif terhadap kesembuhan pasien stroke.

Menggunakan beberapa bahasa bisa menantang otak karena otak akan lebih sulit untuk menemukan kata tertentu ketika beralih antara bahasa. Tantangan tersebut mengembangkan neuroplastisitas atau cadangan kognitif yang fungsinya mempersiapkan otak untuk menghadapi tantangan baru seperti penyakit. Penelitian ini juga didasarkan pada studi terdahulu di Toronto yang menyebutkan bahwa orang-orang yang berbicara dua bahasa akan terlambat mengalami demensia.

Para peneliti mengkaji catatan medis dari dari 608 pasien stroke di kantor pencatatan stroke di institusi Alladi antara 2006 dan 2013. Di Hyderabad, bahasa Telugu, Urdu, dan Inggris merupakan bahasa umum yang diajarkan di sekolah. Lebih dari setengah pasien stroke yang diperiksa, berbicara setidaknya dua bahasa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah memperhitungkan faktor-faktor gaya hidup lain seperti merokok, tekanan darah tinggi, diabetes, usia, dan pendidikan, para peneliti menemukan, sekitar 40 persen dari orang-orang punya kemampuan bilingual, mengalami fungsi kognitif normal setelah serangan stroke, dibandingkan 20 persen dari mereka yang berbicara hanya satu bahasa.Orang-orang bilingual juga mengerjakan tes pasca stroke dengan lebih baik. 

“Mereka mengalami stroke pada usia yang sama tetapi penyembuhannya tampak lebih baik untuk pasien bilingual,” kata pemimpin penelitian Suvarna Alladi, profesor neurologi Nizam Institute, seperti dilaporkan oleh Reuters

Dia menambahkan, menggunakan bahasa kedua atau ketiga secara teratur, atau mengucapkan (bahasa) dengan fasih meskipun tidak menggunakannya secara teratur, bisa memberikan manfaat untuk otak. “Faktor yang paling penting adalah penggunaan bahasa jangka panjang,” ujar dia.

Alladi mengatakan, memelajari bahasa kedua di sekolah, kemudian tidak menggunakannya lagi, tidak akan memberikan manfaat yang sama.

“Intinya adalah bahwa kegiatan yang merangsang kognitif bisa Anda lakukan di usia pertengahan untuk melindungi diri dari demensia dan stroke. Selain berbicara dua bahasa, bisa juga dengan memainkan alat musik, atau kegiatan lain yang menantang,” terangnya.

(win/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER