Jakarta, CNN Indonesia -- Tijuana dulunya adalah tempat tujuan wisatawan selama lebih dari satu abad. Juga salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat di Amerika Utara.
Namun, dengan kian majunya Tijuana, demikian halnya dengan masalah yang ditimbulkan para pendatang yang masuk ke perbatasan Meksiko setiap tahun. Epidemi AIDS kian berkembang karena merajalelanya prostitusi, seks tanpa pengaman, dan ketergantungan narkoba.
Epidemi AIDS terkonsentrasi pada kelompok-kelompok tertentu, seperti laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, transgender, dan orang-orang yang memakai narkoba suntik atau penjaja seks.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilaporkan oleh
Daily Mail, berdasarkan studi pada 2006, satu dari 125 laki-laki dan perempuan berusia antara 15 dan 49 tahun mungkin terinfeksi HIV. Ini tidak termasuk anak-anak yang didiagnosis mengidap virus HIV karena orang tua mereka.
Beberapa fasilitas kota pun diubah untuk pengobatan pasien. Seorang fotografer bernama Malcolm Linton dan penulis Jon Cohen menangkap gambar dan cerita tentang Tijuana untuk menunjukkan kenyataan yang terjadi di sana.
Dalam buku mereka yang berjudul
Tomorrow Is a Long Time, Linton dan Cohen mengikuti puluhan pengidap HIV dan orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus tersebut. Narkoba digunakan oleh sebagian besar pekerja seks, termasuk Fernanda Sanchez.
Dalam foto yang diambil Linton, Fernanda tampak bersender di sebuah pohon besar berbaju merah muda dengan dandanan tebal.
Dia bekerja di wilayah Red Light District. Fernanda tahu bagaimana melindungi dirinya dari HIV/ AIDS, tapi mengaku kadang pelanggan sangat nakal dan ingin berhubungan seks tanpa kondom.
Foto lain karya Linton menampilkan seorang lelaki bernama Sergio Borrego. Borrego adalah petugas kesehatan yang membantu rumah sakit AIDS di Tijuana. Dalam foto tersebut, Borrego terlihat meletakkan sebuah jaring di wajah pasien bernama Pedro Robles (51) agar lalat tidak mengerubungi pasien itu ketika meninggal.
Pedro sudah berada di rumah sakit sejak enam hari sebelumnya. Namun, birokrasi yang berbelit-belit membuat Pedro tertunda mendapat pengobatan.
(win/win)