Jakarta, CNN Indonesia -- Selama lebih dari satu milenium beberapa tokoh terbesar dalam sejarah Inggris telah berjalan di lorong gereja Westminster Abbey, banyak juga yang menikah, atau kemudian didoakan ketika menutup usia.
Sekarang, ada satu lagi sejarah yang akan tertoreh di Westminster Abbey. Gucci, brand fashion terkemuka, berencana melakukan fashion show di gereja berusia nyaris 1000 tahun itu.
Juni mendatang label Italia itu akan memamerkan koleksi cruise di serambi biara. Model akan berlenggak-lenggok di tempat sakral bagi para gerejawan, yang berjarak sekitar 15 meter dari lokasi pernikahan Duke of Cambridge alias Pangeran William dan Kate Middleton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alessandro Michele, direktur kreatif Gucci, gembira bukan kepalang dengan ide tersebut. Dia menyebutnya sebagai momen ‘magis’.
Di sisi lain, para pendeta berpendapat menjadikan Westminster Abbey sebagai lokasi pergelaran busana tak ubahnya seperti ‘Disney’-fikasi
"Saya pikir itu seperti ‘Disney’-fikasi dari semua ruang sakral tradisional di negeri ini," kata Pendeta Peter Owen-Jones kepada
Independent.Dia melanjutkan, penggunaan gereja di luar hal-hal yang berbau religi dan bisa membingungkan fungsi gereja.
“Gereja ikon pusat kekristenan. Gereja hadir untuk kedamaian rohani dan cinta. Bukan bagian dari kapitalisme," tambah Owen-Jones. “Ini berarti kita sedang dalam proses menjual jiwa untuk sepasang celana."
Memang, fashion show tidak digelar di dalam gejera. Melainkan hanya di serambi. Selain itu, Gucci juga sudah mengantongi kesepakatan dengan pihak Abbey. Di sisi lain, serambi gereja selama beberapa tahun terakhir, kerap disewa korporasi untuk lokasi berbagai acara.
“Sejauh ini reaksinya positif,” kata juru bicara yang enggan disebutkan namanya itu.
Kendati demikian, suara sumbang juga datang dari pemerhati fesyen. “Bukankah fashion show di gereja adalah sebuah konsep yang aneh?” ujar Kritikus Mode sekaligus Direktur Fesyen New York Times Vanessa Freidman melalui akun
Twitter-nya.
 Kemegahan bagian dalam gereja Westminster Abbey, London, Inggris. (Ben Pruchnie/Getty Images) |
Ada juga pendeta yang mendukung dan memberi sudut pandang yang lebih santai. “Tidak ada salahnya berbagi serambi yang indah dengan banyak orang. Itu bisa membuat mereka lebih dekat dengan gereja,” kata April Alexander anggota Sinode Umum Gereja Inggris
Kekurangan DanaGereja di seluruh Inggris kini tengah menghadapi krisis finansial, yang memaksa mereka menjelajahi cara-cara baru untuk mencari pemasukan, tidak terkecuali Westminster Abbey.
Harus diakui, dana pemeliharaan Abbey tidaklah sedikit. Bahkan, kini Abbey memberlakukan tiket masuk seharga 20 poundsterling atau Rp395 ribu, untuk berkeliling gereja.
Pada tahun 2014, gereja St James di West Hampstead, membuka kantor pos di areal gereja. Harapannya, gereja bisa kembali menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan.
 Westminster Abbey bermandikan cahaya dalam festival 'Lumiere' di London, 14 Januari 2016. (REUTERS/Toby Melville) |
“Kami ingin melihat gereja dan katedral dimanfaatkan lebih luas di masa depan," jelas Paul Handley, editor The Church Times, “Ada banyak fasilitas baru di lingkungan gereja termasuk jalur skateboard, tari jalanan, parkour, dan festival minuman.”
Tetap saja, kendati mengakui gereja harus melakukan cara baru dalam mencari pembiayaan, bagi Pendeta Peter, menjadikan gereja sebagai lokasi fashion show sudah melewati batas.
“Saya pikir, ketika batas tersebut dilanggar, berarti melukai tujuan hadirnya sebuah bangunan historis sebagai pusat budaya. Bagi saya, ini hanya akan memperburuk masalah yang dihadapi gereja.”
(les)