Jakarta, CNN Indonesia -- Keberhasilan sebuah film bukan hanya tergantung pada akting pemain, pengarahan sutradara, dan jalan cerita dari penulis. Di banyak film, riasan wajah dan busana pemain ikut memengaruhi kekuatannya.
Jenny Beavan, perancang kostum untuk
Mad Max: Fury Road mengakui hal itu. "Peran perancang kostum adalah menyampaikan cerita dan mendukung aktor melalui busana," katanya saat dihubungi
CNNIndonesia.com melalui telepon, belum lama ini.
Tak heran perancang kostum film selalu mendapat tempat di hati juri Oscar. Ada kategori khusus untuk mereka. Tahun ini, Beavan menjadi nomine untuk film
Mad Max: Fury Road. Ia kali ke-sekian ia menjadi nomine, bahkan pernah memenanginya sekali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Membuat kostum untuk para pemain dalam
Mad Max, diakui Beavan penuh tantangan. Ia harus menciptakan kostum untuk dunia yang futuristik. Itu jauh dengan penciptaan kostum pahlawan super.
"Film-film pahlawan super itu jelas, penonton mau pahlawan mereka terlihat seperti dalam komik. Tapi di sini saya sangat bebas dan berbeda," kata Beavan.
Ia memang punya referensi, misalnya film
Mad Max yang dahulu dibintangi Mel Gibson. Tapi kini sutradara George Miller menginginkan film yang berbeda, nyaris terpisah dari cerita terdahulunya.
Beavan mengakui, sedikit banyak ia terpengaruh dan terinspirasi film waralaba terdahulu. Namun ia juga berusaha menciptakan sesuatu yang berbeda.
Untuk busana para peminum darah misalnya, juga kostum untuk para perempuan yang menjadi istri-istri Immortan Joe (Hugh Keays-Byrne) maupun Max (Tom Hardy) dan Furiousa (Charlize Theron).
"Untuk kostum perempuan, saya membuatnya dengan bahan yang ringan dan mudah ditiup angin tetapi juga harus seksi. Busana yang kira-kira wajar untuk kondisi seperti itu," katanya menjelaskan.
Beavan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membuat kostum seluruh pemain. Bahkan saat film sudah mulai diproduksi, ia masih merancang busana untuk pemain yang lain dan set yang berbeda pula.
Untuk seluruh kostum
Mad Max, ia menyebutkan, total bujet yang dibutuhkan sekitar 400 ribu poundsterling atau setara dengan Rp7,5 miliar. Menurutnya, itu termasuk bujet yang tidak terlalu banyak untuk kostum sebuah film.
Tidak semua kostum dibuat di Inggris. Hanya sebagian, dan sebagian lagi diproduksi di Namibia, lokasi syuting
Mad Max: Fury Road. "Banyak juga yang dibuat di Inggris lalu diselesaikan di Namibia."
Paling sulit, kata Beavan adalah membuat kostum untuk Joe. "Banyak bagiannya. Kami harus membicarakan itu berkali-kali bersama. Busana para perempuan juga lebih rumit dari kelihatannya," katanya.
Dengan segala kerja kerasnya, masuk nominasi Oscar 2016 saja sudah merupakan penghargaan bagi Beavan. Ia berkompetisi dengan nama besar Sandy Powell (
Carol dan
Cinderella), Jacqueline West (
The Revenant), dan Paco Delgado (
The Danish Girl).
Menang atau tidak, bukan masalah karena Beavan sudah merasa beruntung bisa terlibat dalam
Mad Max: Fury Road. "Bisa bersanding dengan nama besar seperti Sandy, kami berteman. Kami makan malam bersama. Kami bisa saja saling meracuni sup kami, tapi tidak kan?"
Penganugerahan Piala Oscar disiarkan langsung salah satunya oleh HBO dan di Indonesia ditayangkan ulang Senin (29/2) pukul 19.00 WIB.
(rsa)