Cegah Demam Berdarah Tak Hanya Melalui 3M

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 03 Mar 2016 20:05 WIB
Menguras, menutup dan mengubur dinilai tak cukup ampuh untuk mencegah penyebaran jentik DBD. Ada M lainnya yang lebih penting.
Menguras, menutup dan mengubur dinilai tak cukup ampuh untuk mencegah penyebaran jentik DBD. Ada M lainnya yang lebih penting. (Mario Tama/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cegah Demam Berdarah Tak Sekadar Lakukan 3M
Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan melakukan kegiatan 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur ternyata tidak cukup untuk membasmi berkembangnya jentik nyamuk. Alasannya, jentik nyamuk tidak serta-merta terbawa pada saat bak mandi dikuras.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, R Vensya Sitohang, mengatakan, pada saat menguras bak atau wadah air, seharusnya diikuti dengan menggosok dinding bak atau tempat penampungan air tersebut.

"M yang pertama adalah menguras. Tapi bukan cuma menguras melainkan menggosok dinding bak atau tempat penampungan air karena telur nyamuk dapat menempel erat di dinding bak, sehingga perlu disikat untuk dapat terbuang," kata Vensya dalam peluncuran kampanye Gerakan Nasional Bersama Melawan Demam Berdarah di Jakarta, Kamis (3/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan, telur nyamuk yang menetas dua hari setelah menyentuh air. Sedangkan untuk setiap harinya nyamuk bertelur sebanyak tiga kali. Meski demikian, telur nyamuk pun ternyata tahan di tempat kering hingga waktu enam bulan.

"Sebenarnya baiknya setiap hari dalam menguras itu. Tapi sayang air kan? Paling tidak sepekan sekali, itu untuk memutus siklus hidup nyamuk yang hanya berumur dua sampai tiga bulan dari telur hingga dewasa dan mati," imbuh Sri Rezeki Hadinegoro, guru besar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM pada.

Artinya, pencegahan dengan menguras air tidak cukup untuk mencegah telur nyamuk tinggal bersama manusia. Tindakan menguras perlu didukung dengan menutup segala tempat penampungan air. Bila ada tempat penampungan air yang sulit dikuras, Kemenkes menganjurkan memberikan larvasida, atau racun larva serangga.

Sedangkan, mengenai tindakan mengubur barang bekas, sebenarnya dapat diikuti dengan aksi menggunakan kembali atau mendaur ulang barang yang sudah tak terpakai. Hal ini dikarenakan kemampuan terurai barang bekas di dalam tanah membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Dengan begitu, penguburan barang malah dapat menyebabkan limbah baru di masa mendatang.

Selain mengubur, menguras, dan mendaur ulang barang, Vensya juga menganjurkan untuk menggunakan kelambu menutup tempat tidur untuk menghalangi nyamuk jenis apapun mendekat saat manusia tidur. Penggunaan obat anti nyamuk juga disarankan, namun sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Tindakan lainnya adalah dengan menggunakan predator biologis untuk jentik nyamuk, seperti ikan. Ikan yang dipelihara di kolam besar akan menjadi predator jentik nyamuk.

"Dengue masih belum ada vaksinnya, masih dalam penelitian. Bahkan bukan cuma dengue, masih ada virus lain yang belum memiliki vaksin," kata Vensya.

Vensya menceritakan tantangan yang masih dihadapi oleh pemerintah dalam menghadapi DBD selain belum kunjung ditemukannya vaksin Dengue, yaitu vektor berupa nyamuk Aedes aegepty yang dapat hidup di mana pun di Indonesia. Tak hanya itu, partisipasi masyarakat yang masih rendah pun menjadi salah satu penyebab kasus DBD selalu datang.

"Peran serta masyarakat juga sangat dibutuhkan, ini dari masyarakat untuk masyarakat. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci utama memberantas penyakit, apapun itu, dalam hal ini DBD," Kata Vensya. (meg)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER