Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah kesepakatan ditandatangani dewan kota Toscana pekan lalu akan mewajibkan restoran baru menjual makanan lokal tradisional. Jenis makanannnya dipilih dari daftar produk yang dihasilkan daerah Toscana.
Pusat sejarah kota itu adalah situs Warisan Dunia Unesco yang dikunjungi jutaan wisatawan tiap tahun.
Namun demikian, walikota Dario Nardiella dari Partai Demokrat mengatakan Toscana kehilangan karakternya akibat terus bertambahnya toko kebab dan mini-market yang menjual produk luar negeri berkualitas rendah bagi turis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kondisi tersebut merupakan hal yang sulit bagi kota ini,” kata Nardiella kepada
La Repubblica seperti diberitakan
The Local. “Deregulasi oleh pemerintahan sebelumnya melepas kontrol atas produk yang boleh dijual, yang berakibat ‘membeloknya’ pusat budaya makanan.”
Nardella mengatakan toko dan restoran memang mendapat untung dari jual beli di kawasan wisata, tapi sekaligus dapat merusak pusat kuliner tradisional, kecuali regulasi diperkenalkan.
“Tiap pekan satu restoran baru dibuka di pusat bersejarah. Makanan produksi massal menggantikan trattoria tradisional kami. Toko makanan bersejarah terpaksa tutup.”
Daftar panjang produk lokal yang dewan harapkan dijual di toko antara lain produksi Italia yang paling ikonik, seperti wine Chianti dan keju pecorino. Selain itu, varietas daerah tersebut yang berharga tinggi dan kurang dikenal, seperti kacang putih Sorana atau Garfagnana.
“Aturan sekarang bersifat retroaktif terhadap semua toko, tapi tidak terhadap restoran, di pusat sejarah juga,” Stefania Crivaro, jurubicara dewan kota kepada
The Local.
"Mereka kini punya tiga tahun untuk memastikan bahwa 70 persen produk mereka bersumber dari lokal.”
Sementara inisatif ini mendapat pujian di beberapa wilayah, Oscar Farinetti, pendiri jaringan global supermarket Italia, Eataly, mengatakan aturan baru tersebut terlalu ketat dan merusak bisnis.
"Masuk akal bagi daerah-daerah untuk melindungi keanekaragaman hayati mereka, tapi 70 persen mungkin sedikit terlalu tinggi,” ujar Farinetti kepada
La Repubblica.
Skema ini kemungkinan bakal segera diterapkan di kota-kota bersejarah lainnya.
“Kami mendapat banyak telepon dari dewan kota di segala penjuru negara ini yang ingin tahu tentang ide tersebut. Mereka berharap memperkenalkan sesuatu yang mirip dengan ini ke kawasan pusat bersejarah mereka," kata Crivaro.
(sil)