Jangan Takut Buaya Raja Ampat

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Senin, 23 Mei 2016 07:48 WIB
Peristiwa turis Rusia diserang buaya, cukup mencoreng reputasi wisata Raja Ampat. Namun, pemerintah setempat mengatakan Raja Ampat tetap aman.
Raja Ampat dipastikan tetap aman, syaratnya para turis harus menaati peraturan yang ditetapkan pemerintah setempat. (Thinkstock/Velvetfish)
Raja Ampat, CNN Indonesia -- Belum lama ini seorang turis asal Rusia, Sergey Lykhvar, ditemukan tewas karena diserang buaya di salah satu destinasi wisata internasional, Raja Ampat. Walau demikian, wisatawan tidak perlu takut mengunjungi surga para penyelam ini.

"Raja Ampat itu sudah paling aman," kata Aran, seorang pemandu wisata lepas, saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di Pulau Yeben, salah satu pulau di Raja Ampat, baru-baru ini.

Tanpa ditanya, Aran langsung menyinggung soal tewasnya Lykhvar, April lalu. Menurutnya, kejadian ini bisa terjadi hanya karena pria nahas itu bepergian sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama didampingi oleh warga lokal atau pemandu wisata, dia menjamin tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada wisatawan.

"Semuanya bisa dilakukan di sini, tidak ada yang tidak boleh. Berenang, naik gunung, semua aman," kata Aran.

Pria asal Sorong itu mengatakan ketinggian gelombang di perairan Raja Ampat paling tinggi hanya mencapai 5 meter. Karena itu, aktivitas rekreasi di air dijamin aman.

Hanya saja, pada waktu-waktu tertentu, memang tidak disarankan untuk turun ke lautan. Misalnya, pada saat arus sedang kencang dan pada saat ‘musim angin’.

"Musim angin itu antara Juli dan Agustus, kadang memakan korban. Tapi itu pun kebanyakan kapal tradisional yang berlayar dari Sorong ke Raja Ampat. Kalau speedboat tidak masalah," ujar Aran.

Untuk trekking atau mendaki gunung pun tidak ada masalah. Sudah tidak ada binatang buas yang mengancam keamanan wisatawan kecuali ular dan buaya air payau yang menyerang Lykhvar.

Walau demikian, dengan jasa pemandu wisata seperti Aran, turis dijamin tidak perlu bertemu dengan binatang-binatang itu. Dia juga menjamin wisatawan tidak perlu bertemu hiu di tempat-tempat yang ditunjukkan oleh pemandu.

"Hiu cuma ada di tengah lautan, jarang ada yang bertemu hiu. Cuma ada beberapa diver yang pernah bertemu,

"Sebenarnya ada satu lagi yang bahaya, babi hutan. Tapi sekarang kalau ada babi hutan justru masyarakat yang senang karena ada buruan," kata Aran.

Saat ini, lanjut dia, tidak ada turis yang mengunjungi Raja Ampat tanpa bantuan pemandu. Kebanyakan paket wisata yang ditawarkan saat ini sudah termasuk dengan pemandu wisata.

Selain itu, jika wisatawan menginap di sebuah resort tanpa seorang pemandu, maka resort itu bertanggungjawab menugaskan seseorang untuk mengawalnya saat bepergian.

Lalu bahaya apa yang mengancam para wisatawan? "Satu yang bahaya, yaitu cinlok (cinta lokasi), nanti tidak mau pulang," kata Aran terkekeh.

Pernyataan Aran senada dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Yusdi N Lamatenggo, yang mengatakan keamanan destinasi wisata andalan itu tetap terjamin.

Dalam kejadian tewasnya Lykhvar ada faktor human error karena Lykhvar mengabaikan peraturan bahwa segala kegiatan di Raja Ampat harus didampingi pemandu.

"Raja Ampat sangat aman untuk wisata. Jangan men-judge Raja Ampat tidak aman. Kita tetap aman, asalkan pakai guide lokal," kata Yusdi.

Peraturan di Raja Ampat, semua wisatawan harus didampingi pemandu saat beraktivitas baik snorkeling maupun diving. Setiap resort atau homestay di Raja Ampat pasti menyediakan fasilitas pemandu untuk para wisatawan.

"Diharapkan semua wisatawan selalu bersama guide lokal yang lebih paham situasi dan kondisi alam Raja Ampat," jelas Yusdi. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER