Jakarta, CNN Indonesia -- Pelarangan burkini—busana renang yang menutup sekujur tubuh kecuali wajah, telapak tangan dan telapak kaki—di sejumlah kota di Prancis, membuat desainer busana asal Australia, Aheda Zanetti, prihatin.
"Reaksi pertama saya adalah … Ya Tuhan, itu hanya baju renang, demi Tuhan," kata Zanetti, dikutip laman
ABC, saat ditanya tentang kehebohan burkini. Menurutnya, pelarangan burkini adalah penindasan terhadap perempuan.
Padahal, diakui wanita keturunan Lebanon ini, tidak semua pelanggannya adalah muslim. Banyak wanita memilih burkini agar kulitnya terhindari dari efek buruk paparan sinar Matahari. Banyak juga ibu-ibu yang risih mengenakan bikini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“[Burkini] melambangkan kebebasan, gaya hidup sehat, percaya diri,” kata Zanetti, dikutip
SMH, seraya mencontohkan seorang pelanggannya,
survivor kanker kulit, yang tentu tidak bisa memakai baju renang biasa di bawah sinar Matahari.
Zanetti memproduksi burkini berlabel Ahiida sejak belasan tahun lalu, di Villawood, Sydney Barat. Penjualan burkininya tak sebatas Negeri Kanguru, melainkan meluas ke berbagai negara, dari Norwegia sampai Israel, dengan harga US$80-200.
Ribut-ribut burkini membuat Zanetti kebanjiran
e-mail, baik berisi pujian maupun cacian. “Seorang pria Italia mengatakan, ‘Saya senang melihat wanita berbikini, apa yang kamu lakukan terhadap kami?’ Lalu, saya jawab, ‘Gunakan imajinasimu.’”
Diakui Zanetti, ribut-ribut soal burkini malah membuat kreasinya laris manis, dan keuntungannya berlipat ganda, termasuk di Eropa. Tapi daripada burkini ‘mubazir’ di Paris, ia pun mengajak para wanita berlibur di pantai-pantai Australia saja.
Senada dengan Zanetti, aktris Prancis, Isabelle Adjani, juga menyayangkan pelarangan burkini di 23 resor di Prancis. "Kita tidak bisa melarang perempuan pergi ke pantai hanya gara-gara kostumnya,” kata wanita 61 tahun ini, dikutip
Telegraph.
Adjani menilai pelarangan burkini tak terlepas dari perdebatan politik. Padahal burkini bukan hanya dikenakan dan dikreasikan oleh muslim. Terbukti butik retail Marks and Spencer (M & S) juga menjual burkini di cabangnya di 58 negara.
Laman
Newsweek mengabarkan, burkini Marks and Spencer laris manis. Juru bicara M & S, Emily Dimmock, menyatakan, “Ini pertama kali kami menawarkan burkini di Inggris Raya, juga secara global melalui
website, dan langsung ludes.”
(vga/vga)