Jakarta, CNN Indonesia -- "Saya lelah membuat berbagai busana mewah," kata desainer Yohji Yamamoto dalam film dokumenter singkat
Master of the Shadow.Dokumenter ini dibuat di sela pergelaran lini busana Y-3 AW16. Saat itu, dia merefleksikan kolaborasinya selama 13 tahun dengan Adidas serta bagaimana menghidupkan kembali cintanya pada desain. Dia ingin menghidupkan kembali momen di mana dia jatuh cinta dengan fesyen.
"Sekitar 15 tahun lalu, saya merasa sudah melenceng jauh dari jalan yang seharusnya," kata pria 72 tahun ini, dikutip dari Dazed. "Saya hampir kehilangan antusiasme saya untuk membuat baju."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Yamamoto, minatnya kembali menyala ketika dia berkunjung ke berbagai kota di seluruh dunia. Ada minat yang tumbuh kembali saat dia mulai melihat dunia dari sisi lain. Dia melihat banyak orang tertarik untuk memulai hari dengan berolahraga lari.
Dia memutuskan bahwa itu adalah saat baginya untuk 'merawat tubuh.' Dia pun mengangkat telepon dan siap menawarkan kolaborasi dengan perusahaan olahraga besar.
Yamamoto menggunakan palet monokromatik dan desain yang ringan. Dia juga mendesain baju olahraga yang memudahkan sirkulasi udara dalam tubuh namun dikonstruksikan seperti baju olahraga. Koleksi lini busana Y-3 pun menjadi sebuah fenomena global.
Masters of the Shadows menggambarkan karakteristik biner Yamamoto. Sebuah kemuraman dan keinginan besar akan kematian melawan minatnya terhadap kehidupan jalanan.
Dalam film itu, dia menggambarkan sebagian besar waktunya dengan merokok, sambil membayangkan kembali sebuah konsep baru baju olahraga. Ini adalah sebuah ironi yang dicatatnya dengan seringai tenang di wajahnya.
Dalam kesendiriannya, Yamamoto berdiam melawan usia dan waktu untuk mendedikasikan dirinya dalam karya tanpa henti. "Mungkin saya tidak akan pensiun dari hidup ini."
(vga)