Jakarta, CNN Indonesia -- Pemahaman demensia oleh masyarakat ternyata dianggap masih minim oleh tenaga kesehatan jiwa. Banyak yang tidak mengetahui bahwa ketidakpahaman menangani orang dengan demensia (ODD) mempunyai efek pada orang di sekitarnya.
Dampak kurangnya pengetahuan tentang merawat ODD itu sebenarnya dapat menjadi penyebab kegagalan penanganan. Tak hanya berimbas pada ODD, namun efek dari kegagalan tersebut dapat dialami juga oleh keluarga, bahkan perawatnya.
"Kondisi gangguan perilaku pada demensia yang bergejala secara koginitif dan non-kognitif seperti perilaku ini yang kami lihat mendorong pihak keluarga akhirnya ke dokter. Karena mereka bingung dengan yang terjadi pada ODD hingga kemudian tidak sabar, menyerah, dan bahkan jadi gangguan jiwa juga," kata dokter spesialis kesehatan jiwa Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Dina Fitriningsih, saat ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengingatkan, demensia tak hanya mengganggu kemampuan otak dalam bekerja seperti mengingat, namun juga berujung pada perilaku yang kemudian jadi labil atau berbeda seperti biasanya, bahkan gangguan psikotik seperti tidak waras.
Kondisi inilah yang banyak tidak dipahami orang di sekitar ODD sehingga rentan membuat kualitas penanganan menurun dan berimbas pada memburuknya kondisi para ODD.
Menurut Fitri, demensia memang tidak mematikan. Namun penyakit ini sanggup menurunkan kualitas hidup baik ODD maupun orang-orang di lingkungannya. Dengan kata lain, ada risiko seperti stres yang berimbas pada kematian lebih cepat, bagi mereka yang menangani ODD.
Para spesialis kejiwaan pun selalu waspada untuk menjaga para perawat atau keluarga ODD untuk tidak jadi 'pasien kedua' karena mengurus ODD.
"Satu ODD tidak tertangani, maka bisa satu keluarga lumpuh. Lumpuh dalam arti lain, seperti terhambatnya aktivitas, yang kemudian berdampak secara materi dan non-materi, karenanya peningkatan kesadaran demensia itu penting sekali," ujarnya.
Demensia atau yang biasa dianggap pikun oleh orang awam bukan lagi hal yang dapat disepelekan. Penyakit yang hinggap pada lansia ini tak lagi diperlakukan kuratif atau sebatas pengobatan, namun tindakan penanganan di luar medis pun sedang digalakkan.
Salah satu yang kini menjadi upaya pencegahan dan deteksi dini gejala demensia, termasuk alzheimer, adalah pembentukan tim khusus seperti Pasukan Ungu yang dikerjakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Program dari Gubernur tentang Jakarta Smart City Ramah Lansia Ramah Demensia ini berisi sistem ketika kader kesehatan menemukan tanda demensia dan dapat segera melaporkannya," kata Kepala Seksi Penyakit Menular dan Tidak Menular Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Endang Murdiati, kepada CNNIndonesia.com.
"Tim yang akan bergerak sebenarnya sudah dibekali banyak program. Selain pengecekan tanda demensia, ini lebih kepada upaya promotif dan preventif berupa edukasi agar masalah tidak semakin luas. Kami juga mendorong masyarakat untuk memeriksakan diri," lanjut Endang.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sebenarnya telah meluncurkan program Jakarta Smart City Ramah Lansia Ramah Demensia sejak 2015. Program ini berangan-angan menciptakan Jakarta yang peduli dan nyaman bagi ODD.
Sejak itu juga, Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah mengerahkan tim Ketuk Pintu Layani dengan Hati (KPLDH) yang terdiri dari dokter, bidan, dan perawat dalam satu tim untuk menangani masalah demensia.
Sedang di lapangan, tim KPLDH ini bekerja dibantu oleh kader masyarakat seperti PKK, Jumantik, dan lain sebagainya untuk datang dari rumah ke rumah mendata masyarakat yang terkena demensia. Saat ini tim masih berfokus pada daerah kumuh, padat penduduk, rumah susun, dan golongan menengah ke bawah.
"Saat ini baru ada 481 tim, satu tim terdiri dari dokter, bidan, dan suster. Sedangkan Jakarta butuh sekitar 2000 tim dengan rasio ideal satu tim untuk 5000 warga. Penambahan tim akan tetap ada," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, R Koesmadi Priharto.
"Tim ini juga sifatnya akan mengingatkan masyarakat bila ada ODD di sekitar mereka. Jadi sebenarnya masyarakat juga ikut bertangung jawab akan lingkungan mereka. Gubernur inginnya Jakarta jadi kota metropolitan namun tidak cuek, saling peduli salah satunya terhadap ODD," lanjut Koesmadi.
Tim KPLDH yang sudah ada sejak 2014 itu telah mendapatkan pelatihan tambahan khusus tentang demensia oleh Yayasan Alzheimer Indonesia, selaku organisasi yang menaungi banyak tenaga ahli dan relawan atau
care giver demensia serta alzheimer.
Pelatihan khusus yang diberikan berisi metode pemindaian gejala demensia, diadakan sejak awal September lalu.
"Saat ini Indonesia memang masih dalam proses perumusan pedoman tentang screening demensia oleh Kementerian Kesehatan untuk tataran fasilitas kesehatan primer, seperti Puskesmas," kata Wakil Ketua Bidang Riset YAI, Tiara P Sani.
(meg)