War Room Kemenpar, Tempat Pengendali 'Perang' Pariwisata

advertorial | CNN Indonesia
Jumat, 07 Okt 2016 11:49 WIB
Menteri Arief Yahya memberikan paparan di hadapan bawahannya pada Rapim di Gedung Sapta Pesona, Kamis (6/10/2016)
Foto: adv
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Arief Yahya memberikan paparan di hadapan bawahannya pada Rapim di Gedung Sapta Pesona, Kamis (6/10/2016). Dia memberikan tips cara menjadi pemenang dalam 'perang' dengan menempatkan rival atau pesaing sebagai tolak ukur dan menempuh cara Go Digital.

Untuk menempuh tujuan tersebut, dia memberi kode visinya dengan M-17 untuk War Room. "War Room tersebut saya beri code name M-17 yang menjadi pengingat bagi kita semua untuk menaklukkan musuh terdekat kita di tahun 2017," ujar Arief.

War Room adalah pusat pengendali 'peperangan', yang di dalamnya terdapat para perencana Kemenpar meramu strategi bersaing dan pengendali pasar. "Di situ terdapat layar-layar digital yang menampilkan informasi real time mengenai kondisi pasar, perilaku konsumen, dinamika pesaing, calender event yang kita punya, dan lain-lain. Berdasarkan data-data tersebut kita mengatur strategi dan menghasilkan keputusan-keputusan yang cepat dan presisi,"

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief tak ragu memakai kata 'perang' seperti yang diajarkan ahli stretegi perang Sun Tzu untuk strategi bisnisnya. "Saya berharap akan muncul sense of urgency, drive, dan motivasi yang membakar semangat kita dalam mewujudkan visi 2019," ucap dia.

Ajaran Sun Tzu mencakup tiga hal, yaitu pertama, kenali dunia, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan. Kedua kenali musuhmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan. Ketiga prinsip kenali pelangganmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan.

Untuk mengimplementasikan ajaran pertama, Arief berpendapat, "Kita harus memahami standar yang kita pakai dalam bersaing yaitu standar global. Itu artinya kita harus melakukan benchmarking untuk mencapai global best practices," tukasnya.

Sementara untuk ajaran kedua yang merujuk dari ajaran Sun Tzu, Arief mengatakan kementeriannya harus melihat posisi musuh terdekat Indonesia, seperti Malaysia dan Thailand. "Dapat disimpulkan bahwa kita mempunyai produk yang bagus (natural dan cultural resources kita bagus) dan kita mempunyai Price yang sangat bagus," tuturnya.

Namun dengan Product dan Price yang bagus, performansi pariwisata Indonesia sangat buruk dibandingkan dengan negara lain karena promotion dan place yang lemah. "Kita harus melakukan perbaikan besar-besaran, misalnya untuk pilar Environmental Sustainability, kita harus mengimplementasikan konsep Sustainable Tourism Development yang diterbitkan oleh UNWTO.

Selain itu, untuk merealisasikan ajaran kedua Sun Tzu, Menpar menekankan perlunya mengetahui profil wisatawan ecara demografis, psikografis, dan perilakunya."Kita harus tahu preferensi mereka saat berwisata dan jangan lupa, kita juga harus tahu apa yang dikerjakan oleh pesaing terhadap mereka," tambah Arief.

Oleh karena itu War Room ini didorong untuk mampu melakukan 3 ajaran tentang 'perang' tersebut agar dapat meraih kemenangan. Selain mengenai 'peperangan' Arief juga berpesan kepada bawahannya untuk mampu menerjemahkan strategi pemasaran di Kemenpar, yaitu DOT (Destination, Origination, Time), strategi marketing PDB (Positioning, Differentiation, Brand).

Dia berharap terobosan War Room dapat mengontrol sekaligus mengetahui strategi tepat untuk menggenjot pariwisata Indonesia. "Ingat, setiap kemenangan harus kita rencanakan. Dan setiap perencanaan harus berdasar pada data dan informasi yang akurat dan cepat. Untuk itulah saya mendirikan War Room," tutup dia. (odh/odh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER