Homestay Jadi Topik Hangat dalam Forum PBB di Markas UNWTO

advertorial | CNN Indonesia
Rabu, 12 Okt 2016 14:54 WIB
Dari banyak topik yang menjadi permasalahan dalam pariwisata Indonesia, tiga masalah pokok yang kerap dibahas oleh Menpar Arief Yahya
Foto: adv
Jakarta, CNN Indonesia -- Dari sekian banyak topik yang menjadi permasalahan dalam pariwisata Indonesia, ada tiga masalah pokok yang kerap kali dibahas oleh Menpar Arief Yahya. Tiga strategi dari Menpar Arief Yahya untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia, yakni Go Digital, Homestay, dan Sustainable Tourism Certification (STC).

Ketiga tema tersebut diutarakan dalam pertemuan di markas UNWTO, Lembaga PBB bidang pariwisata Madrid, Spanyol. Namun dari ketiga tema tersebut, homestay menjadi tema yang cukup heboh. Terutama setelah mendengar paparan akan dibangun 100.000 homestay hinggal 2019 dan akan dimulai 2017 di Indonesia!

"Apakah pemerintah ikut mengatur regulasi mereka? Bagaimana dengan pajak? Siapa yang menginspeksi? Bagaimana menjaga persaingan tetap sehat? Hati-hati dengan pelaku industri existing, yang sudah ada? Di banyak negara, menambah jumlah atau kapasitas kamar atau hunian di satu destinasi justru menaikkan tensi bisnisnya?" kata Taleb Rifai, Sekjen UNWTO mengingatkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mr. Carlos Vogeler, Executive Director for Member Relations yang merupakan warga negara Spanyol juga memberi catatan. "Ini bertolak belakang dengan Go Digital yang dipresentasikan sebelumnya. Go digital itu sangat modern, maju, progresif, dan menjemput pasar masa depan. Sedangkan homestay itu lebih ke traditional market, bahkan pasar masa lalu," kata Carlos.

Permasalahan mengenai homestay juga mendapat tanggapan dari Mr Márcio Favilla, Executive Director for Operational Programmes and Institutional Relations yang berasal dari Brazil. "Homestay mungkin hanya cocok untuk domestic market, bukan untuk international market?" cetus Márcio yang pernah menjadi Walikota Brazil itu.

Topik homestay yang dibawa Menpar Arief Yahya di forum PBB itu rupanya mendapatkan banyak tanggapan. Namun dari berbagai tanggapan, justru terdapat semacam "early warning" atau yang biasa disebut critical success factors yang bermanfaat.

Beruntungnya, Menpar Arief Yahya sudah mengantisipasi dari faktor budgeting. Terutama mengenai persoalan bagaimana menciptakan 100.000 homestay di 10 top destinasi wisata yang sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo. Menpar menyebut ini sebagai sharing economy dalam membangun community based di sektor pariwisata. Pastinya, Menpar juga melibatkan masyarakat untuk bekerjasama, mendapatkan benefit, menjaga ekosistem, dan hospitality. Masyarakat juga bisa menghidupkan tradisi dan budaya yang akan menjadi atraksi baru.

Menpar Arief Yahya juga mengungkapkan peran pemerintah. Menurut Menpar pemerintah berperan untuk membantu permodalan. Biasanya bunga sebesar 12%, tetapi di homestay cuma 5%, dengan masa tenor 20 tahun, dan uang muka 1% saja. Perbedaan dengan harga pasar itulah yang menjadi tanggungan pemerintah.

Namun ada hal yang menjadi sorotan dari pemerintah. Pemerintah mewajibkan bentuk bangunan homestay menggunakan arsitektur nusantara. Setiap daerah akan berbeda, karena Indonesia itu luas, panjang, lebar, pulau-pulau, bersuku-suku. Semua itu akan menjadi kekuatan atraksi tersendiri.

Pada tanggal 25 Oktober 2016 nanti akan diumumkan pemenang lomba desain arsitektur nusantara dengan rekor jumlah peserta sebanyak 728. "Kami ingin mengembalikan arsitektur tradisional yang khas dan saat ini sudah banyak yang hilang," kata Menpar Arief Yahya.

Dengan begitu, atmosfer menuju Borobudur sudah mulai terasa sejak belokan menuju Kota Mungkit, Magelang. Mulai dari arsitektur gapura batu-batu, pagar, pintu, bentuk atap, hingga model rumahnya. "Bulan ini sudah akan ada pemenang-pemenang lomba desain homestay-nya," sambung Menpar.

10 destinasi prioritas akan didahulukan, tetapi daerah lain yang punya potensi dan membutuhkan homestay juga akan diakses. Ke-10 Bali Baru itu, antara lain Danau Toba Sumut, Tanjung Kelayang - Belitung, Tanjung Lesung - Banten, Kep Seribu Dan Kota Tua - Jakarta, Borobudur - Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru - Jawa Timur, Mandalika-Lombok NTB, Labuan Bajo NTB, Wakatobi – Sultra, dan Morotai - Maltara.

Jangan khawatir untuk masalah regulasi, hospitaly, standar layanan, dan quality control. "Kami mempersiapkan tim yang bekerja untuk itu di bawah Pokja Percepatan 10 Bali Baru. Tentu pemilik homestay akan dibekali pengetahuan, sampai ke pencatatan, laba rugi, dan keuangan yang sederhana. Soal SDM ada deputi Kelembagaan dan SDM. Sampai pada tahun 2019 nanti akan dicetak 500 ribu tenaga kerja pariwisata baru untuk mempersiapkan target 20 juta wisman di 2019," ungkap Menpar Arief Yahya.

Akhirnya Sekjen Taleb Rifai pun memahami dan percaya akan keseriusan Menpar Arief Yahya. "Homestay juga bisa dikemas menjadi atraksi destinasi yang menarik. Saya percaya kedekatan dengan budaya lokal, tradisi masyarakat, kehangatan people to people relations. Itu semua bisa menjadi atraksi pariwisata," tutup Taleb.!

Di ujung presentasi, Menpar Arief Yahya meminta kembali kepada UNWTO untuk mengawal dan memfasilitasi pengembangan STO itu menjadi STC (sustainable tourism certification). Kemenpar bahkan sudah mengeluarkan Keputusan Menteri No. 14/2016 tentang Pedoman Tujuan Wisata berkelanjutan. UNWTO pun langsung menyetujui karena hal itu menjadi concern dunia.

Di markas UNWTO Madrid, delegasi Kemenpar RI yang mendampingi Menpar Arief Yahya adalah Yuli Mumpuni Widarso, Dubes RI untuk Spanyol yang juga perwakilan RI di UNWTO, Don Kardono, Stafsus Menpar Bidang Media, Giri Adnyani, Sesdep Pemasaran Mancanegara Kemenpar, Nia Niacaya, Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah Eropa Timur Tengah, Afrika dan Amerika, Ronald Pantun Mariso, Setmenpar, serta Kurniawan, Staf KBRI Madrid. (odh/odh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER