Aplikasi Pintar Baca Kondisi Cuaca dan Sakit

Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Sabtu, 15 Okt 2016 12:49 WIB
Badan penelitian Inggris melakukan survei terhadap 9.000 orang pengidap penyakit kronis. Mereka diminta menuliskan gejala yang dialami di sebuah aplikasi.
Ilustrasi aplikasi ponsel. (Foto: Freestocks)
Jakarta, CNN Indonesia -- “Apakah Anda mengidap Rheumatoid Arthritis (RA) dan menetap di North West? Apakah Anda berkenan terlibat dalam perancangan studi riset untuk mengetahui bagaimana RA mempengaruhi tidur?”

Pertanyaan tersebut diajukan oleh badan penelitian Cloudy with A Chance of Pain via akun media sosial, pada Jumat (14/10), dalam rangka memperingati Hari Arthritis Sedunia, pada Rabu (12/10). Tak lupa mereka menyertakan kontak tim studinya.

Pertanyaan semacam itu memang kerap diajukan oleh tim peneliti yang tergabung dalam Cloudy with A Chance of Pain, terutama via akun Facebook. Pada September lalu, mereka melontarkan pertanyaan ke netizen seputar lupus dan migrain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak sekadar bertanya, beberapa waktu lalu, Cloudy with A Chance of Pain juga meminta lebih dari 9.000 orang yang mengidap penyakit kronis, dari arthritis sampai migrain, untuk menuliskan gejala yang dialami setiap hari di sebuah aplikasi.

Aplikasi tersebut juga memonitor kondisi cuaca setiap jam. Pengguna aplikasi pun bisa ‘mengeluhkan’ suasana hati mereka. Ini memudahkan peneliti untuk mencocokkan korelasi antara cuaca dengan gejala yang dialami setiap orang.

Lalu, peneliti membagi responden ke dalam 100 kelompok yang tinggal di tiga kota berbeda, yaitu Leeds, Norwich, dan London. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan kondisi cuaca berkorelasi dengan kondisi kesehatan banyak orang.

Saat cuaca sedang cerah, pada Februari hingga Juni, jumlah orang yang menderita sakit parah sangat sedikit. Sebaliknya, ketika cuaca mulai mendung dan hujan, tingkat rasa sakit yang diderita oleh responden pun meningkat.

Profesor Will Dixon, ketua penelitian ini, mengatakan bahwa sebanyak 80 persen dari pasiennya memang berpikir bahwa ada hubungan antara cuaca dengan rasa sakit yang diderita. "Saya pikir, pasti ada korelasi yang jelas,” katanya.

Lebih jauh, ia menjelaskan, “(Cuaca yang) dingin dan basah adalah keluhan umum. Tapi dalam hal fisiologi, saya pikir, yang paling masuk akal adalah adanya tekanan yang dapat memengaruhi rasa sakit tersebut, khususnya bagi penderita arthritis."

Menurut Dixon, sebagain besar pasien yang ia rawat percaya bahwa mereka bisa memprediksi cuaca melalui rasa sakit yang diderita. "Pasti ada sesuatu pada cuaca yang bisa memengaruhi rasa sakit mereka, begitu pula sebaliknya."

Bagi Dixon, hal yang paling masuk akal adalah adanya sinar Matahari yang membuat orang merasa segar karena rasa nyeri yang diderita berkurang.

"Setelah hubungan (cuaca dan rasa sakit) tersebut terbukti, orang akan merencanakan kegiatan mereka sesuai cuaca hari itu," ujarnya, dilansir dari laman Independent. 

"Selain itu,” ia menambahkan, “dengan adanya bukti hubungan antarkeduanya, para ahli medis dapat mengeksplorasi perawatan terbaru."

Penelitian ini direncanakan akan selesai dalam 18 bulan. Meski baru setengah jalan, peneliti sudah berencana untuk memaparkan hasil temuan mereka di British Science Festival.

Selain itu, peneliti juga berharap agar responden yang menggunakan aplikasi tersebut meningkat.

"Untuk melihat secara rinci hubungan antar keduanya, kami membutuhkan banyak orang untuk berpartisipasi dalam studi ini. Jika Anda menderita penyakit kronis, ini adalah kesempatan untuk Anda untuk menemukan hal baru tentang rasa sakit," jelasnya.

Jika Anda tertarik, segera daftarkan diri Anda ke www.cloudywithachanceofpain.com (vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER