Terminal Bandara 'Go Green' Perdana di Banyuwangi

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Senin, 17 Okt 2016 16:24 WIB
Berarsitektur unik tanpa AC, terminal kedatangan bandara itu menjadi fokus Pemda Banyuwangi yang sedang mengembangkan wisatanya.
Suasana di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur. (Detikcom/Putri Akmal)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan bahwa penambahan jadwal penerbangan di Bandara Blimbingsari dapat menggerakkan ekonomi masyarakat setempat untuk lebih maju.

Oleh karena itu, pembangunan terminal kedatangan baru akan menjadi perhatian utama Pemerintah Daerah (Pemda) Banyuwangi yang sedang berfokus mengembangkan ekonomi berbasis wisata.

"Terminal baru akan menjadi ikon baru yang bisa menarik perhatian wisatawan. Ini adalah terminal bandara berkonsep hijau pertama di Indonesia. Tanpa AC dengan arsitektur yang sangat unik dan berkarakter," kata Anas, sebagaimana dikutip Antara, pada Minggu (16/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anas menjelaskan, bahwa lonjakan jumlah penumpang ke Bandara Blimbingsari membuat maskapai penerbangan mulai optimis menambah frekuensi penerbangan ke daerah di ujung timur Pulau Jawa tersebut.

Per 30 Oktober 2016, frekuensi penerbangan ke Banyuwangi dari Surabaya bertambah menjadi empat kali dalam sehari, dari sebelumnya hanya tiga kali.

"Jadi dalam sehari ada penerbangan Garuda Indonesia sebanyak dua kali, dan Wings Air sebanyak dua kali. Pilihan waktunya juga makin lengkap dari pagi hingga sore hari, sehingga memudahkan para wisatawan, dunia usaha, dan masyarakat luas untuk menuju ke Banyuwangi. Ini ikut menggerakkan perekonomian lokal," ujar Anas.

Sebagaimana yang dijelaskan Anas, terminal baru Bandara Banyuwangi sedang dibangun dengan konsep arsitektur hijau tanpa AC. Pembangunannya sudah mencapai 85 persen, dan ditargetkan bisa diresmikan pada awal 2017.

Sementara jumlah penumpang di bandara itu memang terus mengalami peningkatan. Tercatat pertumbuhan penumpang melonjak hingga 1.308 persen, dari hanya 7.826 penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015).

Hingga Agustus 2016, bandara tersebut telah melayani lebih dari 71.000 penumpang. Sampai akhir tahun, total jumlah penumpang diprediksi sedikitnya 120.000 orang.

Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pendapatan per kapita warga melonjak 80 persen dari Rp20,8 juta per tahun pada 2010, menjadi Rp37,5 juta per tahun pada 2015.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) naik 85 persen dari Rp32,4 triliun (2010) menjadi Rp60,2 triliun (2015).

Namun Anas mengakui masih ada problem soal kesenjangan di daerahnya.

Indeks Ketimpangan atau Gini Ratio Banyuwangi sudah turun dari 0,33 menjadi 0,29. Gini ratio adalah indeks ketimpangan yang diukur dari skala 0 sampai 1. Semakin mendekati nol, semakin baik.

"Ini berat karena banyak faktor. Tapi perlahan terus kami kurangi. Salah satu caranya dengan membuka banyak destinasi dan aktivitas ekonomi untuk membikin sentra pertumbuhan baru, seperti di wilayah selatan ada pabrik gula baru, di wilayah utara ada destinasi wisata baru," kata Anas.

(ard/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER