Jakarta, CNN Indonesia -- Saat ini Kementrian Pariwisata tengah disibukkan untuk melakukan promosi Wonderful Indonesia ke berbagai negara. Hal itu dilakukan untuk mengejar target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (Wisman) pada tahun 2019. Terget tersebut mustahil terkejar tanpa dukungan akses. Dalam pengembangan destinasi pariwisata,
Kemenpar selalu menggunakan rumus 3A, yakni Atraksi, Akses, dan Amenitas. Tiga-tiganya harus seiring dan sejalan. Itulah alasan utama mengapa Menpar Arief Yahya melakukan berbagai roadshow ke beberapa airlines seperti Garuda Indonesia, Air Asia, Lion, Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, dan berujung ke Kementerian Perhubungan RI.
"Kami sadar, aksesibilitas adalah tembok yang tidak mudah ditaklukkan. Wisman itu 75% via udara, hanya 24% yang menyeberang via Batam-Bintan, dan 1% pelintas batas. Kapasitas tempat duduk yang ada saat ini, hanya mampu menampung jumlah wisman 12 juta, dan itu adalah target tahun 2016 ini. Saya sudah berhitung, hal tersebut adalah problem besar Pariwisata saat ini," ujar Menpar Arief Yahya saat berkunjung dan menemui Menhub Budi Karya Sumadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mencapai target 12 juta wisman di 2016 saja, dibutuhkan seats capacity 19,5 juta. Tahun depan, pada 2017 targetnya sebesar 15 juta maka harus ada penambahan 4 juta seats baru, atau harus tersedia 23,5 juta seats. Lalu di tahun 2018 target kunjungannya mencapai 18 juta. Dengan begitu dibutuhkan tambahan lagi 3,5 juta seats atau 27 juta seats. Kemudian pada tahun 2019 targetnya mencapai 20 juta, maka seats yang butuhkan adalah 30 juta.
"Saya sudah menghitung, kalau dengan cara-cara biasa, pasti tidak akan ketemu target itu. Untuk mencapai target yang luar biasa, dibutuhkan cara yang tidak biasa. Saya sebut kuncinya ada 3A, Airlines, Airport, dan Authority. Itulah mengapa kami harus duduk bersama dengan Kemenhub," kata Menpar Arief Yahya.
Hal tersebut mirip dengan dunia IT. Jika ingin men-download dan upload file-file besar, dibutuhkan bandwidth dan server berkapasitas besar pula.
Harus ada cara yang ditempuh untuk mengejar gap seats capacity tersebut. Terutama untuk mengejar target 15 juta kunjungan di tahun 2017 yang membutuhkan 19 juta seats. Dengan begitu, diperlukan tambahan sebanyak 4 juta seats. Sementara waktunya tinggal 2,5 bulan lagi.
"Kalau berharap membangun infrastruktur baru dan bandara baru, waktunya tidak akan terkejar. Karena itu harus dicari sisi lain yang efektif menambah seats capacity. Seperti menambah slots time, gunakan IT, dan tingkatkan kualitas SDM, serta menderegulasi terutama di beberapa bandara gemuk, seperti Denpasar, Jakarta, dan Jogjakarta," kata Arief Yahya.
Tahap berikutnya adalah pengembangan fisik bandara secara terbatas. Misalnya peningkatan slot air segment dan slot ground segment. Bandara gemuk diprioritaskan pesawat-pesawat berbadan lebar yang mengangkut lebih banyak passengers. IT untuk mengatur pergerakan pesawat, ground handling, perluasan rapid exit, taxi way, parkring area, dan lainnya.
Harus ada dukungan operasional bandara baru di 10 top destinasi untuk sampai ke 20 juta di tahun 2019. Selain itu diperlukan juga perluasan bandara atau pembangunan bandara baru untuk 2 tahun ke depan. "Khusus 10 Bali baru itu semuanya harus memiliki bandara internasional, sehingga bisa direct flights menuju ke destinasi tersebut, seperti Silangit, Tanjung Pandan, Labuan Bajo, Matahora, dan Morotai," kata Arief Yahya.
Menhub Budi Karya Sumadi rupanya setuju dengan optimalisasi akses itu dan langsung berkoordinasi dengan para pejabat Eselon I dan II-nya untuk usulan tersebut. Sinkronisasi antara Kemenhub dan Kemenpar itu, direspons positif oleh Menhub Budi Karya Sumadi yang memiliki otoritas pada jasa penerbangan sipil. Inilah bukti bahwa Indonesia Incorporated makin kuat untuk menembus target kunjungan wisman yang spektakuler sebesar 20 juta kunjungan. Target itu adalah angka yang dipatok oleh Presiden Joko Widodo sehingga semua jajaran kementerian yang terkait harus bekerja satu tujuan.
Arief Yahya juga mengusulkan beberapa point teknis yang sudah dia kumpulkan dari roadshow ke beberapa airlines dan pengelola bandara sejak bulan lalu. Dia berharap Kemenhub menindaklanjuti beberapa listing yang mendesak. Di antaranya, dukungan terhadap route-development plan Indonesia Air Asia untuk mendatangkan 6 juta wisman di tahun 2019. "Saat ini Air Asia Group merupakan kontributor terbesar untuk mendatangkan wisman ke Indonesia," ujar Arief Yahya.
Lalu, memberikan kemudahan atau penyederhanaan perizinan bagi airlines untuk pembukaan rute baru, termasuk charter flight. Arief Yahya mencontohkan, informasi dari beberapa airlines yang hendak membuka jalur penerbangan ke destinasi wisata, diharuskan melampirkan business plan-nya, sehingga jadi lebih lama. "Saat ini kita membutuhkan flight. Mereka pasti sudah punya hitungan. Ini yang namanya suplay lead demand. Ini perlu didereguasi," katanya.
Kedua, bandara-bandara yang heavily congested diharapkan bisa beroperasi 24 jam, sehingga bisa didarati pesawat-pesawat di jam berapa saja. Ketiga, peninjauan kembali biaya layanan yang terlalu memberatkan airlines untuk mendorong jumlah. Keempat, pikirkan privatisasi bandara sesuai UU no.1/2009, seperti Indonesia Air Asia, Lion, Sriwijaya, dan lainnya. Kelima, optimalisasi slots di bandara dengan demand tinggi, seperti DPS, JOG, dan SUB. Keenam, mempercepat Air Talk untuk mendapatkan tambahan kapasitas dari negara dengan growth tinggi, seperti UAE.