Mengenang Insiden Bendera di Hotel Bintang Lima

M. Andika Putra | CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2016 13:05 WIB
Hotel Majapahit menjadi saksi bisu Insiden Bendera pada 19 September 1945. Arsitektur dan dekorasi kolonialnya pun masih dipertahankan sampai sekarang.
Suasana bagian dalam Hotel Majapahit. (CNN Indonesia/M. Andika Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bangunan berwarna putih berdiri tegak di Jalan Tunjungan, Surabaya. Desain bangunan bergaya kolonial menandakan bahwa bangunan itu sudah berdiri sekitar jaman penjajahan Belanda, tepatnya sejak 1910.

Bangunan yang dimaksud merupakan Hotel Majapahit. Pendiri hotel ini ialah Sarkies bersaudara, keluarga asal Iran yang memang bergelut dalam bisnis perhotelan. Sebelumnya pada 1880 mereka telah mendirikan hotel di Malaysia, Singapura dan Thailand.

Tak hanya dari luar, suasana zaman kolonial terasa ketika memasuki lobi hotel, yang dipenuhi oleh pajangan catatan sejarah dan perabotan antik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Duty Manager Hotel Majapahit Reza Halid saat ditemui CNNIndonesia.com pada Senin (7/11) mengatakan kalau pihaknya memang terus berusaha mempertahankan keantikan arsitektur dan dekorasi hotelnya.

"Lobi ini dibuat saat ada renovasi pada 1930. Lantainya pun masih asli sejak pertama dibangun," kata Reza.

Sambil berkeliling hotel, Reza menceritakan sejarah yang melekat pada bangunan ini. Saking bersejarahnya, kata Reza, hotel ini masuk dalam cagar budaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Jadi, walau hotel ini dikelola oleh CCM Group secara swasta sejak 2006, mereka harus mendapat izin dari Pemkot Surabaya bila ingin melakukan renovasi.

Majapahit sendiri bukan merupakan nama asli hotel ini. Terhitung nama hotel ini sudah berubah sebanyak empat kali.

Kala dibangun pertama kali pada 1910, hotel itu bernama Oranje. Kemudian pada 1942, diubah menjadi Yamato, karena direbut Jepang saat menjajah Indonesia.

"Saat dimiliki Jepang, hotel ini juga sempat dijadikan markas militer mereka," ujar Reza.

Kemudian, setelah berhasil direbut kembali oleh Indonesia pada 1945, nama hotel itu diubah menjadi Hotel Merdeka.

Mengenang Insiden Bendera di Hotel Bintang LimaBagian dalam Hotel Majapahit. (CNN Indonesia/M Andika Putra)

Tapi, nama itu tak bertahan lama lantaran kembali diganti menjadi Hotel L.M.S, yang merupakan kependekan nama dari sang arsitek, Lucas Martin Sarkies. Baru pada 1969 hotel ini memiliki nama tetap, Majapahit.

“Hotel ini direbut dengan darah dan air mata. Kalau pernah mendengar ceritanya, arek-arek Suroboyo dipimpin Roeslan Abdul Gani dengan sangat berani merobek bendera Belanda di atas hotel ini pada 19 September 1945,” ujar Reza.

Sejarah yang dikenal dengan nama Insiden Bendera itu masih diperingati sampai sekarang. Setiap tahunnya tepat di tanggal itu, Hotel Majapahit mengadakan panggung teatrikal yang dihadiri pejabat pemerintahan sampai pahlawan veteran.

"Saya sudah bekali-kali melihat teatrikal itu. Ceritanya selalu sama, tapi saya selalu merinding dan terharu saat menyaksikannya,” kata Reza.

Insiden Bendera itu terjadi di sayap kanan bagian depan Hotel Majapahit. Di sana, bendera merah putih yang dikibarkan di tiang sengaja dibuat dengan ukuran yang sama saat insiden terjadi. Sedangkan bendera aslinya disimpan di Tugu Pahlawan.

Tepat dibawah tiang bendera itu terdapat museum Insiden Bendera. Sayang, museum itu hanya bertahan dari 1995 sampai 2006. Ketika pergantian kepemilikan pada 2006, museum itu diubah menjadi bar bergaya Amerika.

Catatan sejarah hotel ini tidak berhenti sampai di situ. Pada bagian paling belakang sayap kanan hotel ini terdapat kamar dengan nomor 033. Pada dinding bagian depan kamar itu terdapat plat kuningan dengan tulisan 'MERDEKA'.

Suansana dalam kamar itu benar-benar terasa seperti zaman penjajahan, semuanya serba kayu dan sederhana. Hal itu terasa cukup menggelitik, membayangkan hotel yang membuka tarif mulai dari Rp1,3 jutaan sampai Rp1,7 jutaan ini juga masih memajang kipas angin di kamar tersebut.

"Jadi setelah merobek bendera, pejuang Indonesia yang dikejar Belanda lari ke kamar ini. Dari kamar ini mereka terus melarikan diri lewat pintu belakang," kata Reza.

“Dan mereka datang ke hotel ini menggunakan dua mobil, secara bergantian kami pajang di lobi,” lanjutnya.

Mengenang Insiden Bendera di Hotel Bintang LimaMobil yang digunakan dalam Insiden Bendera. (CNN Indonesia/M Andika Putra)

Selain kamar itu, di bagian paling belakang sayap kiri hotel ini juga terdapat kamar yang tidak kalah istimewa. Kamar itu diberi nomor 44 dengan plat kuningan bertuliskan 'SARKIES'.

Sejak membangun hotel ini Lucas Martin Sarkies tinggal di sana. Plat kuningan bertuliskan 'SARKIES' itu sebagai penanda bahwa kamar ini pernah ditempati pemilik pertama hotel ini.

Di balik usia tuanya, namun Hotel Majapahit memang masih terbilang prima dalam memberikan layanannya.

Selain empat tipe kamar, hotel ini juga menyediakan layanan ruang rapat, aula pernikahan, spa, lounge, pub, restoran dan taman atap. Semuanya bertema kolonial.

Jadi, bagi yang menggemari arsitektur dan sejarah, tidak ada salahnya untuk menghabiskan malam menginap di hotel ini.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER