Jakarta, CNN Indonesia -- Sekalipun tidak pernah ketinggalan tren terbaru, orang-orang di jagat fesyen juga menyukai seragam. Sebagaimana desainer Tommy Hilfiger yang mengaku memakai kemeja dan celana
chino yang sama setiap hari.
Begitu pula desainer Phoebe Philo yang selalu mengenakan busana apik minimalis dengan model yang nyaris sama. Tak berbeda dengan Johnny Coca, desainer untuk Mulberry yang tak pernah lepas dari busana andalan rok
kilt dan sepatu Doc Martens.
Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, suatu kali memamerkan lemari bajunya yang dipenuhi kaus warna senada. Pada kenyataannya, memakai busana yang itu-itu saja bisa jadi solusi ‘aneh’ daripada melulu kebingungan: mesti memakai busana apa hari ini?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Matilda Kahl,
art director, yang berkutat dengan urusan kreatif di Sony Entertainment, biasa menggarap identitas visual artis. Tapi untuk dirinya sendiri, ia mengaku tidak memiliki waktu berjam-jam setiap hari hanya untuk mengkhawatirkan soal busananya.
“Saya perhatikan, kegiatan memilih busana berbeda setiap pagi, yang sesuai dengan keberagaman ekspetasi dari diri sendiri maupun dunia luar, sungguh menguras banyak waktu,” kata Kahl, dikutip
Telegraph Inggris. Bukan hanya waktu, juga pikiran.
Kahl kerap dihantui penyesalan bila salah pilih busana, semisal roknya terlalu pendek,atau busananya tidak cukup ‘kreatif’ untuk merepresentasikan jabatannya. Belakangan, ia menyadari hal-hal semacam ini mengganggu aktivitas dan menghabiskan waktunya.
“Jadi saya memutuskan untuk meniadakan hal-hal semacam itu dari kehidupan saya yang terkait pekerjaan,” kata Kahl yang kemudian mulai memakai busana yang sama setiap hari, seragam kemeja putih dengan pita di leher, dipadu celana panjang hitam.
Memilih seragam kerja, diakui Kahl, tidak merepotkan. Namun ia harus membiasakan diri menghadapi tatapan penjaga toko yang terheran-heran saat ia membeli 15 potong baju yang sama. Seragam piihannya: paduan hitam putih yang keren dan klasik.
Kahl menyarankan, agar memilih seragam yang membuat nyaman dan pas untuk jenis pekerjaan atau penugasan. Uji coba mengenakannya selama sebulan. Seragam bisa berupa kemeja yang sama dengan warna berbeda, dipadu celana maupun rok.
Pilihan Kahl mengenakan seragam ke tempat kerja ternyata tak ditentang oleh rekan-rekannya di industri kreatif. Sebaliknya mereka memahami betapa sulitnya wanita memilih busana kerja pada pagi hari. Maka memakai seragam dianggap solusi genius.
“Para pria biasanya terkejut dan sama sekali tidak mengerti motif saya ketika saya menjawab pertanyaan mereka, tapi para wanita lebih mengerti betapa stresnya setiap kali berusaha tampil menarik di tempat kerja,” kata Kahl.
“Tak jarang,” Kahl melanjutkan, “butuh waktu dan energi untuk tampil menarik.” Kini, sudah lima tahun Kahl memakai seragam ke kantor, dan belum merasa bosan. Pada akhir pekan, baru lah Kahl bermain-main fesyen dan tampil lebih berwarna.
“Saya masih memiliki busana reguler untuk acara malam dan akhir pekan. Jadi saya masih meluapkan hasrat kreatif melalui busana, pada saat saya sedang tidak berfokus pada pekerjaan. Pada Jumat malam, saya selalu berdandan dan tampil penuh warna.”
Kini, Kahl bisa lebih tegas menentukan pilihan busana. Seragam membuatnya tidak terlalu serius. "[Urusan memilih dan memakai] busana memang seharusnya menyenangkan,” kata Kahl. “Bukan sebaliknya: malah membuat stres setiap pagi.”
(vga/vga)