Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia memang memiliki banyak keindahan alam yang tiada duanya. Namun jangan terlupa bahwa Indonesia juga memiliki beragam keindahan budaya. Jika Anda berwisata ke berbagai destinasi di Indonesia, jangan lupa untuk kenali budayanya.
Seperti jika Anda berkunjung ke Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), cobalah untuk mengenal budaya masyarakatnya. Caranya dengan berkunjung ke satu dari empat desa wisata Suku Sasak yang tidak jauh dari Mandalika. Berikut empat desa wisata Suku Sasak akan membuat Anda betah untuk berlama-lama:
Kampung Ende
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampung Ende ini terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, atau sekitar 20 menit berkedara dari Bandara Internasional Lombok. Ada 30 rumah adat di kampung ini dan Anda bisa memasuki salah satunya. Akan ada tour guide yang memandu untuk menjelaskan seisi rumah suku Sasak ini. Rumah Suku Sasak terdiri dari dua ruangan. Ruang pertama, bersatu dengan dapur, untuk anggota keluarga wanita. Ruang lain untuk anggota keluarga pria. Atap rumah terbuat dari rumbia khas rumah Suku Sasak.
Daya tarik Kampung Ende adalah rumah adat bernama Bale Tani. Lantai rumah terbuat dari kotoran sapi atau kerbau yang dicampur tanah liat. Kotoran kedua bintang itu berfungsi sebagai perekat tanah liat atau pengganti semen. Sebulan sekali lantai dipoles lagi dengan kotoran ternak. Jika tidak, tanah liat akan terkikis dan lantai berdebu saat kemarau.
Dusun SadeBisa dikatakan dusun ini paling popular karena banyak diulas wisatawan dalam dan luar negeri di berbagai situs. Dibandingkan Kampung Ende, Dusun Sade menawarkan pengalaman unik kepada wisatawan, yaitu berbaur dengan kehidupan sehari-hari Suku Sasak, masyarakat asli Pulau Lombok.
Dusun Sade seluas enam hektar dan dihui 152 kepala keluarga (KK). Hampir seluruh warga di kampung ini memiliki hubungan darah antarsepupu. Seluruh desa sedemikian bersih, dan rumah-rumah tertata rapi. Sebagian besar warga berprofesi sebagai pengrajin tenun ikat khas Lombok dan cideramata.
Di dusun ini wisatawan bisa menyaksikan proses pembuatan kain tenun ikat khas Lombok. Mulai dari pemintalan benang, sampai penenunan dengan alat tenun bukan mesin (ATBM). Dusun Sade terletak di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, atau di tepi jalan raja Mataram-Lombok Selatan. Konon, desa ini telah berusia 600 tahun, tapi tidak ada bukti arkeologis yang menegaskannya.
Desa TetebatuJika berwisata ke Gunung Rinjani, tidak akan sempurna sebelum singgah di Desa Tetebaru, Kecamatan Sikut, Kabupaten Lombok timur. Desa wisata yang satu ini relatif berbeda, karena menyajikan suasana persawahan dan pegunungan. Pemerintah Kabupaten Lombok Timur menjadikan Desa Tetebatu sebagai desa wisata karena punya daya tarik sebagai desa pertanian.
Desa Tetebatu terletak di selatan kaki Gunung Rinjani, di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Udara sekujur desa sejuk dan bebas polusi. Anda bisa menjelajah Desa Tetebaru dengan trekking, berkunjung dan berenang di kolam Air Terjun Ulem-ulem dengan ketinggian 10 meter, atau bersantai di taman wisata.
Desa SukararaDesa yang terletak di Kecamatan Jonggot, Lombok Tengah ini adalah permukiman masyarakat penenun kain khas Lombok. Desa terletak 25 kilometer dari Matara dan berada di luar jalan negara. Jika berkunjung ke desa ini sebaiknya menggunakan kendaraan sewaan Desa Sukarara terbagi ke dalam dua dusun, yakni Belong Lauk dan Belong Daye. Jadi, ini desa kecil, panorama sekujur desa sangat menarik.
Anda bisa mendapatkan pengalaman menarik di sini, yakni ada kewajiban khusus bagi wanita di desa ini untuk bisa menenun atau, dalam bahasa Suku Sasak disebut nyesek. Kewajiban bisa menenun adalah syarat bagi wanita untuk bisa menikah. Tidak ada yang tahu sejak kapan keharusan itu dimulai. Para tetua desa mengatakan keharusan itu adalah hukum turun-temurun bagi perempuan Desa Sukarara.
Hasil tenun khas Desa Sukarara adalah sarung songket, yang biasa digunakan untuk upacara adat Oesat Besar atau Begawe Beleq. Kini, di sekujur desa terdapat banyak toko yang menjual hasil tenun kepada wisatawan. Pengunjung tidak hanya dilayani untuk membeli, tapi juga sekadar melihat proses penenunan. Wanita penenun, dengan pakaian khas lambung, akan selalu tersenyum menyambut tamu. Ciri khas lain tenunan Desa Sukarara adalah menggunakan benang emas.
Empat desa wisata ini adalah daya tarik lain pariwisata NTB. Keempatnya dipastikan akan kebanjiran pengunjung setelah kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata Mandalika terbangun. Menteri Pariwisata Arief Yahya terus mendesak pengelola KEK Mandalika melakukan percepatan pembangnan kawasan, agar invesetor datang membangun amenitas. KEK Mandalika adalah satu dari 10 Top Destinasi Prioritas yang diproyeksikan mendukung target 20 juta wisman tahun 2019.
(ads/ads)