Banyuwangi, CNN Indonesia -- Antusiasme pelaku industri pariwisata Banyuwangi sangat terasa saat
workshop Go Digital di Aula Kantor Telkom. Sekitar 100 industri ikut serta dalam acara ini dan mulai belajar mengenai dunia digital, terutama hal teknis dalam bisnis online. Acara ini menampilkan narasumber yaitu Samsriyono Nugroho Stafsus Menpar Bidang IT Don Kardono, Stafsus Menpar Bidang Komunikasi Publik dan Claudia Ingkiriwang, Ketua Probis Indonesia Travel Xchange (ITX).
“Siapa yang belum punya
website?” tanya Claudia Ingkiriwang, Ketua Probis ITX –Indonesia Travel Xchange- mengawali diskusinya.
Semua peserta mengaku sudah berpromosi melalui media sosial dengan berbagai
platform, dari Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, Line, dan lainnya. Hanya 50% yang sudah memiliki
website, namun kebanyakan belum dilengkapi c
ommerce-nya, seperti
booking system dan
payment engine.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“ITX akan support dengan
website template yang sudah
ready commerce, booking system dan
payment gateway dengan
free alias gratis,” jelas Claudia.
Claudia mengatakan jika belum ada fasilitas
book dan
pay dalam satu
platform maka belum masuk kategori go digital. Oleh karena itu, mereka dianggap baru berpromosi atau marketing secara
online, tetapi transaksi bisnisnya masih
offline. Go Digital, mensyaratkan semua tahapan
dari look, book, pay sudah terhubung secara
online, bisa dengan diproses dengan
smartphone, bisa juga dengan
personal computer.
Ketika tahapan
look atau
search, book dan
pay sudah bisa dilakukan secara
online, maka sudah layak disebut
go digital. Itulah sebabnya, Kemenpar membangun Digital Market Place, khusus industri pariwisata yang mempertemukan
sellers dan
buyers ke dalam satu
platform atau
mall digital.
“Kalau untuk
booking masih harus telepon, pembayaran masih transfer atau antre di
teller bank, itu belum bisa disebut digital. Mungkin promosinya sudah digital, tapi transaksi bisnisnya masih manual? Tugas kami membantu mendigitalisasi industri wisata, dari
booking awal, sampai transaksi pembayaran,” katanya.
Dalam sesi tanya jawab ada yang bertanya mengenai kemungkinan UMKM bergabung dengan ITX. “Boleh banget! Justru kami ingin semua industri kecil, mikro dan menengah, yang bergerak di sektor Pariwisata ikut gabung, dan free. Unsurnya 3A, industri Atraksi, Akses dan Amenitas, semua harus ada. Atraksi misalnya pengelola theme park, tempat wisata, taman bermain, dan lainnya. Akses, seperti
rent car (persewaan mobil), diskon
ticketing airlines, diskon khusus kapal penyeberangan, dan lainnya. Amenitas seperti hotel,
resort, homestay, dan
glamping, dan lainnya,” tutur Claudia.
“Pertama, UMKM itu harus punya AD/ART. Kedua, yang mendaftar adalah pengurusnya, untuk semua anggotanya. Nanti, pengurusnya yang diberi booking dan
payment system, dan
website yang
ready commerce. Anggotanya sebagai produk,” lanjut Claudia.
Claudia juga mengatakan lebih baik semua usaha diintegrasikan dalam satu
web agar memudahkan konsumen tetapi dikelola dengan professional. Claudia juga menambahkan "Atraksi apapun yang dipaketkan dan dipasarkan bisa dimana saja. Bisa di atas gunung, di dasar jurang, di tengah pulau terpencil, yang tidak ada aksesnya. Tetapi, admin-nya kan tetap di bawah? Adminnya harus terkoneksi secara
online,” jawabnya.
Bahkan jika UMKM ingin mengganti konten dimungkinkan karena CMS atau
content management system-nya akan diberikan secara gratis juga.
Sebelumnya Menpar Arief Yahya, sejak Rakornas III beberapa waktu lalu telah meluncurkan Go Digital Be The Best. Dia meyakini dengan Go Digital dapat membantu realisasi target Presiden Joko Widodo dengan 20 juta wisman di 2016.
“Hasil yang luar biasa, hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa! Dan Go Digital ini adalah salah satu cara tidak biasa yang bisa dipakai untuk mengejar target luar biasa itu,” kata Arief Yahya yang juga asli Banyuwangi, Jatim itu.
Arief Yahya menyebut “
more digital, more global. More digital more personal. More digital more professional". Dalam
selling, Kemenpar memilih untuk membangun Digital Market Place, yang sudah dipelajari dengan matang, dan ITX di-endors untuk membangun
platform tersebut.
Seperti diketahui salah satu faktor yang mendorong pariwisata Banyuwangi adalah faktor CEO-nya, Bupati Abdullah Azwar Anas yang sangat fokus menempatkan pariwisata sebagai
core economy daerahnya.Masyarakatnya semakin sadar bahwa pariwisata adalah pilihan yang terbaik, dan sudah mulai terasa dampak ekonominya. Dengan Go Digital, maka potensi Banyuwangi bisa lebih cepat, lebih besar, dengan target market yang lebih mendunia.