Jakarta, CNN Indonesia -- Sinterklas dan Rudolph, sang rusa kutub, merupakan dua tokoh ikonik saat Natal, terutama bagi anak-anak. Kisah Sinterklas berkeliling dunia membawa kado natal mengendarai kereta salju, yang ditarik oleh rusa kutub, selalu diceritakan dari generasi ke generasi.
Tapi, tahun ini, Sinterklas harus berusaha lebih keras mencari rusa kutub. Pasalnya, jumlah rusa kutub di dunia terus merosot.
Tidak hanya itu, melansir
AFP, selama 16 tahun terakhir, ukuran rusa kutub di Svalbard, Norwegia, menyusut hingga 12 persen. Perkumpulan pakar ekologi Inggris di Liverpool, British Ecological Society (BES), menyebutkan penurunan bobot itu terjadi karena pemanasan global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusa kutub dewasa saat ini hanya berbobot 48 kilogram, jauh lebih kecil dibandingkan 10 tahun lalu, yakni sekitar 55 kilogram.
“Angka 12 persen mungkin terlihat tidak signifikan, namun mengingat pentingnya berat badan untuk kelangsungan hidup dan reproduksi, penurunan tersebut menjadi signifikan,” kata ketua peneliti Steve Albon dari James Hutton Institute di Skotlandia.
Hasil penelitian Albon terbukti dengan jumlah rusa kutub yang terus menurun selama 10 tahun terakhir. “Rata-rata berat badan rusa dewasa yang ditimbang pada April 2016, kurang dari 50 kilogram. Imbasnya, tingkat reproduksi mereka menurun, yang memengaruhi populasi rusa kutub secara keseluruhan,” jelas dia.
Albon dan timnya mengaitkan hal tersebut dengan pemanasan global. Mereka menemukan kenaikan suhu di dataran Arktik, sejajar dengan penurunan populasi rusa kutub.
Tahun ini, temperatur permukaan di Arktik menjadi lebih hangat sekitar 2,8 derajat Celsius, dibanding 100 tahun lalu.
“Iklim yang lebih hangat berarti hujan terjadi lebih sering, yang membuat permukaan tanah lebih sering membeku,” tutur Albon.
Es yang ada di permukaan tanah itu, ujar Albon, membuat rusa kutub tidak bisa mendapatkan lichen atau tanaman simbiosis jamur dengan alga dan bakteri, yang tumbuh di bawah salju. Akibatnya, bobot mereka pun ikut menyusut karena kekurangan makanan selama musim dingin.
“Rusa kutub kelaparan selama musim dingin, mereka akhirnya kehilangan anak atau melahirkan anak dengan bobot yang jauh lebih ringan,” papar Albon.
BES telah mengamati rusa kutub selama 22 tahun sejak 1994. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh tim berbeda menemukan kematian rusa kutub massal pada musim dingin 2013-2014 di Yamal Peninsula, Siberia. Sekitar 61 ribu ekor rusa kutub mati akibat kelaparan dikarenakan permukaan tanah yang membeku.
(les)