Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas kesehatan Amerika Serikat baru-baru ini mengingatkan akan kekhawatiran berkembangnya bakteri kebal antibiotik. Hal ini diumumkan setelah seorang wanita meninggal akibat infeksi yang kebal pada 26 jenis antibiotik.
Melansir
AFP, Badan Pencegahan Penyakit AS atau CDC melaporkan temuan itu dari kasus wanita 70 tahun yang meninggal di Nevada pada September lalu, dan pernah dirawat di India akibat retak tulang kaki.
Penyebab kematiannya adalah sepsis setelah infeksi dari bakteria langka yang dikenal sebagai
carbapenem-resistant Enterobacteriaceae (CRE). Bakteri tersebut diketahui kebal pada seluruh antibiotik yang ada di Negara Paman Sam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Strain spesies CRE tersebut diketahui sebagai
Klebsiella pneumoniae, setelah diisolasi dari luka sang wanita pada Agustus lalu.
Pengujian pada bakteri tersebut menunjukkan hasil negatif pada gen mcr-1 yang menimbulkan kekhawatiran para ahli kesehatan. Hasil tersebut mengindikasikan bakteri itu kebal pada antibiotik teranyar,
colistin. Para dokter juga belum mengetahui mengapa bakteri yang menginfeksi luka wanita tersebut dapat kebal pada obat.
Peneliti mengatakan wanita itu sudah dirawat berulang kali di India selama dua tahun terakhir karena retak tulang dan pinggul. Pengobatan terakhir wanita itu adalah pada Juni 2016.
Wanita tersebut kemudian dibawa ke Nevada, Amerika Serikat, untuk pengisolasian bakteri, dan pasien guna mencegah infeksi melalui penyebaran di rumah sakit. Ia dirawat di Nevada hingga meninggal dunia.
Pengujian postmortem menunjukkan peluang bakteri yang ada di wanita tersebut merespons pengobatan bernama
fosfomycin. Namun, pengobatan tersebut dilarang di Amerika Serikat.
Paul Hoskisson, seorang peneliti di University of Strathclyde Skotlandia mengatakan di beberapa negara Eropa, izin fosfomycin melalui infus hanya pada kasus tertentu.
"Kasus ini penting karena kami melihat peningkatan jumlah infeksi kebal obat, dan ini satu dari kasus-kasus awal untuk Klebsiella yang mana tidak ada pilihan obat yang terbuka bagi tenaga medis," ujarnya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan kasus bakteri kebal berbagai obat
Klebsiella pneumoniae sebagai ancaman mendesak bagi kesehatan umat manusia.
Nick Thomson, pemimpin tim kaji genom dan evolusi bakteri dari the Wellcome Trust Sanger Institute Inggris mengatakan bakteri ini menjadi kebal seiring dengan waktu.
"Laporan menyoroti perjalanan dan perawatan internasional sebagai wadah pengenalan isolasi bakteri kebal ini di Amerika Serikat," kata Thomson.
"Karena manusia hidup di lingkungan yang saling terhubung, kejadian ini menjadi penting karena isolat atau bakteri tersebut merupakan infeksi yang benar-benar tidak dapat diobati," ujarnya.
Thomson menambahkan, kondisi tersebut membuat tenaga medis profesional memiliki sedikit pilihan untuk pengobatan, akan tetapi tetap berupaya mencegah penularan lebih luas.
(end/rah)