Petra, Kota 'Merah Muda' dan Rahasia Suku Nabatean

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Minggu, 22 Jan 2017 10:02 WIB
Di Yordania, ada salah satu kota yang jika diterpa sinar matahari bakal berwarna merah muda. Dinamakan Petra, kota itu juga menyimpan peninggalan Suku Nabatean.
Foto: CNN Indonesia/Tri Wahyuni
Jakarta, CNN Indonesia -- Matahari terik benderang, namun disertai embusan angin yang begitu dingin. Musim dingin memang terjadi dalam kondisi seperti itu di Yordania. Di depan pintu gerbang bertulisakan 'Welcome to Petra', puluhan pengunjung sudah mengantre, padahal waktu belum menunjukkan pukul 7 pagi.

Petra merupakan kawasan wisata di Yordania yang terkenal dengan sebutan ‘The Red Rose City’. Tempat ini tersohor di seluruh penjuru dunia karena masuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia. Apalagi setelah film ‘Transformer’ dan ‘Indiana Jones’ mengambil latar tempat di sana.


Kawasan wisata Petra berada di Provinsi Ma'an yang terletak sekitar 250 kilometer dari kota Amman. Waktu tempuhnya tergantung rute yang dipilih, berkisar 3 sampai 4 jam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pagi hari adalah waktu terbaik berkunjung ke Petra, karena bisa melihat The Treasury, salah satu ikon Petra yang terkenal dengan rona merahnya saat diterpa sinar matahari. Tak heran jika pukul 7 pagi pun kawasan ini sudah ramai, karena Petra dibuka sejak pukul 6 pagi.

Kebanyakan wisatawan yang datang, telah bermalam di Wadi Musa, nama kawasan tempat Petra berada. Jadi, begitu matahari terbit, mereka bisa langsung bergegas ke sana. Ada beberapa pilihan hotel di kawasan ini, mulai dari yang berbintang sampai hotel hemat biaya.

Kawasan wisata Petra menjual dua jenis tiket masuk, tiket untuk sekali datang dan tiket terusan. Biasanya tiket terusan dibeli oleh pengunjung yang ingin menjelajah Petra lebih dari satu hari karena katanya, minimal dibutuhkan waktu tiga hari untuk berkeliling kawasan wisata yang memiliki luas sekitar 264 kilometer persegi ini.


Untuk mengelilinginya pun ada beberapa cara. Bisa menyewa kereta kuda, naik unta, naik keledai, atau berjalan kaki. Kebanyakan wisatawan terlihat asyik menikmati Petra sambil berjalan kaki. Tapi, jika di tengah jalan merasa lelah, naik unta atau keledai bisa jadi pilihan.

Setelah melalui Petra Visitor's Center dan berjalan di tengah gurun yang dikelilingi bukit-bukit batu, wisatawan seolah mengunjungi dunia lain, ke masa ratusan tahun sebelum masehi.

Obyek pertama yang ditemui adalah Makam Obelisk, terpahat di antara bukit-bukit batu yang berdiri kokoh. Meski kondisinya sudah tidak sempurna, tapi bentuknya masih kentara.

Tak seberapa jauh, sebuah lorong batu menanti untuk dilalui. Lorong yang cukup lebar, namun batu-batu besar di kanan dan kirinya memberikan kesan menghimpit. Meski demikian, lorong ini tak menakutkan sama sekali.

Decak kagum, wajah yang terpana, langkah yang seringkali terhenti dan lensa kamera yang tak hentinya membidik, menunjukkan banyak wisatawan terpana dengan kawasan wisata ini. Detil batunya sangat memukau.

Warna batunya pun begitu memesona, kecoklatan dengan semburat jingga, di beberapa tempat merona bahkan merona merah. Jika cermat mengamati, ada beberapa ukiran yang terpahat pada batu, salah satunya seperti bentuk The Treasury.

Di ujung lorong, setelah berjalan sekitar lebih dari satu kilometer, keindahan lainnya menanti. The Treasury atau Al-Khazneh, istana batu yang merona merah jambu. Inilah situs yang membuat Petra disebut ‘The Red Rose City’.

Petra merupakan kawasan wisata di Yordania yang terkenal dengan sebutan The Rose Red City. Tempat ini tersohor hingga seluruh penjuru dunia karena masuk ke dalam tujuh keajaiban dunia.Petra merupakan kawasan wisata di Yordania yang terkenal dengan sebutan The Rose Red City. Tempat ini tersohor hingga seluruh penjuru dunia karena masuk ke dalam tujuh keajaiban dunia (CNN Indonesia/Tri Wahyuni).


Indah, kokoh, dan megah. The Treasury dibangun dengan lebar 30 meter dan tinggi mencapai 43 meter. Suku Nabatean membangun The Treasuty sekitar abad pertama, diperuntukan sebagai makam Raja Nabatean.

Detil ukirannya terlihat sangat apik dan jenius. Dua pahatan elang di atas bangunan dikatakan menjadi simbol dewa laki-laki pemimpin Nabatean, Dushara. Ada juga pahatan Dewi Mesir dan Dewi Nabatean Al-Uzza serta berbagai pahatan lainnya yang sudah tak begitu jelas bentuknya.

Rupanya Suku Nabatean yang membangun kawasan ini ribuan tahun lalu begitu terampil. Bahkan komplek yang diperkirakan dibangun sekitar 2.000 tahun lalu itu masih bertahan hingga saat ini, meski sudah beberapa kali dilakukan perbaikan.

Dulu, Petra pernah menjadi pusat perdagangan sekaligus ibu kota Kerajaan Nabatean yang menghubungkan perdagangan China, India, dan negara-negara di selatan Arab, dengan Mesir, Suriah, Yunani, dan Roma.

Pada sekitar 100 Masehi, Petra jatuh ke tangan Roma dan kondisi ini berlangsung 300 tahun sampai periode Bizantium dan Kaisar Roma mengalihkan fokusnya ke Konstantinopel. Sejak saat itu Petra memulai terbengkalai. Gempa yang sempat melanda membuat Petra sempat 'terkubur'.

Namun pada 1812, penjelajah asal Swiss Johann Ludwig Burckhardt mengajak pemandunya untuk mengantarkanya ke lokasi yang diduga terdapat kota yang hilang. Ia pun membuat sebuah catatan dan sketsa, ia menulis: "Sangat mungkin jika puing reruntuhan di Wadi Musa (nama daerah sekitar Petra) adalah Kota Kuno Petra”.

Pada 2003 kawasan Petra pernah ditutup Pemerintah Yordania. Tidak ada yang boleh memasuki kawasan tersebut, apalagi The Treasury. Pasalnya bangunan itu pernah ditinggali oleh masyarakat dan dirusak. Mereka melakukan vandalisme dan bahkan buang air kecil di dalam.

Puas mengagumi kemegahan The Treasury, perjalanan dilanjutkan ke tempat selanjutnya. Semakin ke dalam, semakin terasa bahwa dulu pernah ada kehidupan di antara bukit-bukit batu besar ini. Semakin banyak bangunan yang terlihat seperti rumah-rumah yang saling bertumpuk.


Pemandu wisata Ramzi Nawafleh mengatakan tak semua pahatan yang memiliki pintu-pintu itu merupakan rumah. Ada juga kandang ternak di antaranya.

"Suku Nabatean dibagi menjadi tiga, kelas bawah, menengah, dan atas. Kalau yang kelas bawah, bangunannya terlihat biasa saja. Kalau kelas menengah terdapar ukiran. Kelas atas memiliki ukiran yang paling banyak dan rumit," kata Ramzi.

Sayangnya, kami tak bisa menjelajahi Petra secara menyeluruh. Keterbatasan waktu memaksa kami untuk berhenti di dekat Palace Tomb. Itu pun hanya melihat dari jauh saja. Kami tidak sempat mengunjungi The Monastery, situs yang pernah menjadi latar tempat film ‘Transformer’, lebih megah dan besar dibandingkan The Treasury.

Palace Tomb salah satu bangunan yang masih tersisa di Petra.Palace Tomb salah satu bangunan yang masih tersisa di Petra (CNN Indonesia/Tri Wahyuni).


Dibalik kemegahan sisa peninggalan Kerajaan Nabatean itu, sesungguhnya ada ancaman yang tak bisa dihindari Petra, kerusakan oleh alam. Ramzi, yang lahir dan besar di sekitar Petra mengaku menyaksikan sendiri perubahannya dari waktu ke waktu.

"Ada perbedaan yang cukup besar jika kita melihat Petra yang dulu dari lukisan David Roberts yang mengunjungi Petra pada 1839, dia meninggalkan 14 lukisan. Jika dibandingkan dengan bagaimana Petra terlihat sekarang, ada perbedaan yang sangat besar," ujar Ramzi.

Perbedaan terlihat, kata Ramzi, dari bentuk situs-situs yang ada. Beberapa situs masih memiliki bentuk yang bagus, sementara yang lainnya terlah hancur seiring berjalannya waktu dan perubahan alam.

"Hujan, panas bisa mempengaruhi pasir dan batu. Belum lagi gempa bumi, ketika kita bicara soal kerusakan semuanya bisa mempengaruhi."

Untungnya saja pemerintah setempat terus berupaya merawat sisa peninggalan bersejarah yang begitu berharga. Ramzi mengatakan mereka bekerja sama dengan para ahli dan universitas untuk melakukan perawatan.

Jika ada kerusakan, mereka melakukan renovasi. Jika tidak perawatan biasa mulai dari menjaga kebersihan hingga mencegah kerusakan juga kerap dilakukan. Meski di beberapa tempat hal itu tidak bisa dilakukan karena kondisi batu telah berubah.

Biasanya perawatan dilakukan ketika low season, artinya tidak banyak pengunjung yang datang ke Petra. Atau bisa juga dilakukan ketika musim panas, ketika hujan tidak turun karena akan mempengaruhi proses perawatan.

(ard)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER