Siswa di China Bisa Lulus Ujian dengan Pinjam Nilai di 'Bank'

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Rabu, 01 Feb 2017 10:10 WIB
Kelas 10 di SMA 1 Nanjing memiliki bank nilai yang bisa dipinjamkan kepada siswa yang memiliki nilai jelek dalam ujian. Tujuannya agar siswa bisa naik kelas.
ilustrasi: siswa di China bisa mendapat pinjaman nilai dari bank nilai saat ujian. (AFP PHOTO)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi siswa, gagal dalam ujian atau tidak mencapai nilai yang dibutuhkan adalah sebuah momen buruk. Tidak hanya dimarahi orang tua, rasa malu serta ancaman tidak naik kelas membuat nilai menjadi sesuatu yang diagungkan siswa.  

Melansir Oddity Central, untuk menghindari kegagalan saat ujian, SMA 1 Nanjing di China, membuat bank kelas yang dapat 'meminjamkan' nilai pada siswanya.

Sama seperti sistem peminjaman uang pada umumnya, para siswa di sekolah ini boleh meminjam beberapa poin untuk membantu nilai mereka yang kurang dalam ujian.  Tidak sekedar meminjamkan, siswa yang menjadi 'nasabah' harus membayar nilai tersebut di kemudian hari lengkap dengan bunganya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk membayar utang, para siswa harus mendapatkan nilai lebih tinggi pada ujian berikutnya atau mengikuti percobaan di laboratorium dan memberikan pidato. Solusi yang diberikan sekolah ini jelas memberikan angin sejuk bagi para siswa yang selama ini merasa tertekan dengan tuntutan nilai tinggi.

Sebelumnya, China memang dikenal memiliki sistem pendidikan yang ketat. Untuk sampai di bangku perkuliahan, seorang siswa harus lulus dalam ujian akhir yang dianggap sangat sulit.

Tidak mengherankan, hal itu memunculkan berbagai cara menyontek mulai dari menggunakan kamera agen rahasia sampai kacamata canggih ala James Bond.

Huang Kan, Kepala Sekolah dari SMA 1 Nanjing mengatakan, sistem baru ini diterapkan untuk mengembalikan esensi awal dari ujian yang bertujuan meningkatkan kemampuan belajar siswa. Bukan untuk menghancurkan semangat belajar siswa.

"Tujuan dari ujian adalah mengevaluasi, membenarkan serta meningkatkan kemampuan belajar siswa. Bukan menjadikannya sulit, dan menghancurkan semangat siswa," ujar Kan seperti yang diberitakan media lokal Yangtse Evening News.

Sementara itu, Mei Hong seorang guru fisika di sekolah itu mengatakan, bank kelas dirancang untuk menawarkan siswa kesempatan kedua.

"Nilai 59 dan 60 sebenarnya tidak beda jauh. Namun bagi siswa, perbedaan tersebut dapat menjadi beban psikis yang berat. Jadi daripada gagal hanya karena satu poin, siswa dapat meminjam poin untuk lulus selama mereka setuju membayar kembali," ujar Hong.

Di sisi lain, Zhu, seorang siswa yang gagal dalam pelajaran geografi mengungkapkan sangat terbantu dengan adanya bank nilai. Ia mengaku sistem tersebut memberinya kesempatan untuk melakukan perbaikan.

"Saya sakit sebelum ujian, dan akhirnya ketinggalan beberapa kelas geografi. Saat ujian saya gagal, namun bank nilai membantu memperbaikinya," ujar Zhu.

Bank nilai sendiri merupakan sistem percontohan yang diperkenalkan sejak November 2016. Untuk saat ini, sistem tersebut hanya berlaku di kelas 10 SMA tersebut. Untuk merancang skema pinjaman sendiri Kan mengaku mengundang langsung para pekerja sistem perbankan.

Meskipun mendapat sambutan baik dari siswa dan publik di media sosial, Xiong Binqi, seorang pakar pendidikan mengaku tidak setuju dengan sistem tersebut. Bingqi mengakui meskipun bank nilai mampu menarik rasa khawatir siswa, namun hal itu tidak cocok digunakan saat ujian. Para siswa ditakutkan akan menjadi malas karena mengetahui memiliki kesempatan kedua pada tes berikutnya. (okt/chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER