Mencari Gaya Baru Bordir Kudus

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Senin, 06 Feb 2017 16:23 WIB
'Kalah pamor' dibanding kretek atau Jenang, Pemerintah Daerah Kudus memberikan kesempatan kepada empat desainer Ibu Kota untuk mencari gaya baru bordir Kudus.
Ivan Gunawan, Rudy Chandra, Ariy Arka, Defrico Audy, menampilkan koleksi dengan bordir Kudus bertema Savana Muria di malam penutupan IFW 2017. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Desainer Rudy Chandra mengeluarkan koleksi terinspirasi dari bunga seruni yang banyak ditemukan di Kudus dan dikombinasikan dengan kupu-kupu, serta motif ranting yang keseluruhannya dibuat dari bordiran.

Rudy menggukan teknik bordir dua dimensi untuk membentuk pola bunga yang kemudian diolah kembali hingga menjadi tiga dimensi.

Dengan nuansa putih dan persik, Rudy mencoba menempatkan bordir dalam gaun malam dan cocktail berbahan sifon, sutera, tafetta, satin silk, serta organdi di 16 tampilan.  
Koleksi Savana Muria oleh Ariy Arka di Indonesia Fashion Week (IFW) 2017, Minggu (5/2).Koleksi Savana Muria oleh Ariy Arka di Indonesia Fashion Week (IFW) 2017, Minggu (5/2). (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)
Bordir Kudus tampil berbeda di tangan Ariy Arka. Desainer berkaca mata ini membawakan teknik bordir yang diterapkan semaksimal mungkin dalam luasan kain linen serta mikado.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam 16 koleksi busana pria yang ia tampilkan, Ariy membawa beberapa unsur khas Kudus seperti buah parijoto yang kemudian dikombinasikan dengan ayam dan flaminggo, ciri khas Ariy.

Ariy masih mengandalkan tampilan gaya Jepang untuk pengaplikasian teknik bordir dari Kudus tersebut. Beberapa detil seperti peniti sebagai pengganti kancing pun membawa kesan edgy yang digandrungi banyak anak muda.

Defrico Audy mencoba mengangkat bordir Kudus dalam 20 tampilan bertema dedaunan, terutama cengkeh, bakau, tembakau, dan kakao yang banyak tumbuh di Kota Kretek itu. Ia menampilkan kesan 'liar' dan lebih maskulin dalam pakaian perempuan.
Defrico Audy mempersembahkan koleksi terbarunya di Indonesia fashion Week 2017, yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center. Jakarta. Minggu, 5 Februari 2017. (CNN Indonesia/ Andry Novelino)Defrico Audy mempersembahkan koleksi terbarunya di Indonesia fashion Week 2017, yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center. Jakarta. Minggu, 5 Februari 2017. (CNN Indonesia/ Andry Novelino)
Defrico menggunakan motif bordir yang biasa digunakan oleh pengrajin asli Kudus kemudian mengganti ukuran, warna, serta susunannya. Ia menerapkan hal tersebut dalam cropped jacket, rok lurus, gaun panjang, dan sheath dress.

Desainer Ivan Gunawan punya fantasi tersendiri akan bordir Kudus. Ia menggunakan teknik kerancang gunting dalam bordir Kudus dalam 16 gaun high-fashion.

Ivan, dengan gaun yang banyak terinspirasi ala Dior berupa rok lebar menggembung dan pinggang ramping, menggunakan motif yang mengadopsi anggrek bulan, bulu ayam, dan tegel antik.

Keponakan Adjie Notonegoro itu memilih warna yang sedikit di luar dugaan, yaitu shocking pink dan kuning lemon, serta diselipkan dalam koleksi berwarna pastel.
Salah satu tampilan koleksi Ivan Gunawan dengan paduan bordir Kudus dan motif anggrek bulan, bulu ayam, serta tegel antik. Salah satu tampilan koleksi Ivan Gunawan dengan paduan bordir Kudus dan motif anggrek bulan, bulu ayam, serta tegel antik. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

"Saya ingin kerancang kudus bisa jadi gaun malam yang biasanya dari acara kawinan sekarang bisa jadi red carpet, sesuatu yang kedaerahan tidak harus melulu dengan tampilan daerah," kata Ivan.

Ivan mengatakan koleksi kali ini adalah uji coba mereka mengenalkan dan mengangkat kekayaan busana daerah Kudus. Ia dan desainer lainnya menyerahkan kepada masyarakat akankah diterima atau tidak.

"Kami akan coba terus hingga nanti berhasil, bordir ini baru langkah awal dan kami belum mengetahui reaksi (masyarakat) seperti apa." kata Ivan. (les)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER