Kapan Saat Tepat Memiliki Buah Hati?

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Minggu, 12 Feb 2017 14:05 WIB
Tak selamanya setelah menikah harus segera punya anak itu baik, terkadang sebelum melangkah ke arah tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Ilustrasi (Thinkstock/Monkey Business Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Untuk membangun komitmen dalam pernikahan bukanlah perkara mudah. Banyak pertimbangan dan keputusan yang harus didiskusikan bersama pasangan. Terutama kesiapannya untuk melangkah ke hal-hal yang lebih jauh, seperti memiliki buah hati.

Menurut Relationship Coach Lex dePraxis saat ditemui usai mengisi sebuah acara seminar bertajuk 'Twogether Forever' di Hotel Grand Tjokro Jakarta, Sabtu (11/2), sebelum memutuskan untuk memiliki anak, pasangan harus lebih dapat mampu menyelesaikan permasalahan besar.

"Kesalahan yang banyak terjadi ketika menikah langsung punya anak. Seharusnya bahagiain diri dulu sebagai pasangan setelah itu baru punya anak. Saran saya, jangan hamil dulu kalau belum pernah ribut besar dan dapat mengatasinya," kata Lex.

Terlebih menurutnya, dalam kehidupan masyarakat pernikahan kerap diartikan hanya sebagai jalan untuk memiliki anak. Tekanan dari orang tua misalnya yang ingin segera memiliki cucu. Padahal, dia mengatakan, saat awal menikah, pasangan akan menghadapi masalah baru dalam kehidupannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hubungan ini seperti sebuah proyek, ketika baru mendapat pekerjaan lalu mencari pekerjaan tambahan. Pasti keteteran, sama dengan menikah," katanya lebih lanjut.

Rekannya yang juga Relationship Coach yakni Jet Veetlev ikut menyampaikan bahwa pada hampir setiap pasangan baru menikah, butuh adaptasi saat menemukan kekurangan dan kelebihan masing-masing setelah menikah dan tinggal bersama.

"Orang itu baru keliatan ketika sudah tinggal bersama, kegilaannya, ketika sudah dapat menghadapi hal-hal yang mengejutkan baru pikirkan langkah selanjutnya," katanya.

Jet menambahkan, "ada baiknya kalau mau menikah, sebelum serius sama satu orang minimal pacaran satu tahun. Usia tidak penting, jalanin dulu hubungan setahun. Jangan menikah dulu, kalau sebelum teruji baik."

Pertimbangan itu pun dapat kembali dilakukan setelah menikah dan ingin memiliki buah hati. Pasangan harus memikirkan baik-baik dan dapat mengatasi permasalahan yang ada diantara keduanya.

"Idealnya tahun kedua, karena memiliki anak itu beban. Faktanya studi mengatakan kebahagiaan dalam pernikahan menurun pasca memiliki anak," kata Lex.

Dia memaparkan, "menikah awalnya memang menyenangkan mikirnya punya anak lucu, tapi kebahagiaan itu terjun bebas saat istri hamil muntah-muntah, tengah malam minta ini itu."

Kemudian, kata Lex, fase kebahagiaan itu akan turun kembali saat anak berusia lima tahun. Saat anak mulai masuk sekolah dan membutuhkan biaya yang cukup besar.

"Saat usia 6-12 tahun, kebahagiaan akan naik sedikit karena sibuknya hanya pagi-pagi antar sekolah dan buat sarapan. Setelahnya jadi tanggung jawab guru, itu akan turun lagi usia 12-17 tahun, anak mulai mencari jati diri, membangkang," tuturnya.

Baru pada akhirnya, diungkapkan Lex, kebahagiaan itu akan kembali naik dengan baik, saat anak mulai dewasa dan keluar dari rumah.

"Setelah itu, fase kebahagiaan akan meningkat lagi saat usia lanjut dan pasangan telah tiada. Hanya satu dari empat studi yang kebahagiaan menurun saat pasangan meninggal. Jadi pernikahan itu seperti roller coaster, naik turun," pungkasnya.

(tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER