Cara Agar Selalu Bahagia Menjalani Pernikahan

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Minggu, 12 Feb 2017 09:44 WIB
Tidak ada hubungan yang tak bermasalah, namun semua tergantung bagaimana mereka menyikapinya.
Foto: OmarMedinaRD/Pixabay
Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi kebanyakan orang, memiliki pasangan hidup adalah fase hidup yang wajar. Hubungan asmara kerap dibingkai sebagai indikator kedewasaan ataupun pencapaian hidup. Masyarakat pun dididik dalam narasi bahwa hubungan cinta dan pernikahan merupakan sebuah titik kulminasi hidup.

Namun, sebaik-baiknya maksud didikan tersebut, masyarakat malah terbutakan tentang realita cinta. Kerap ditemui mereka berlomba-lomba untuk atau didorong segera menikah, tanpa mempertimbangkan lebih dalam akan kesiapannya sendiri menghadapi pekerjaan berat didalamnya.

Disampaikan Relationship Consultant KelasCinta Jet Veetlev dalam seminar bertajuk Twogether Forever di Hotel Grand Tjokro, Sabtu (11/2), berdasarkan data yang dimilikinya masih banyak pernikahan yang berakhir karena tidak harmonis dan melepas tanggungjawabnya.
Foto: Thinkstock/Yanawut

"Nikah itu jauh lebih rumit dari pacaran. Ketika pacaran ada ribut, bisa menghindari dengan tak bertemu dahulu. Namun ketika nikah masalah ada di sebelah, ketika bangun tidur masalah ada di depan mata," ujar Jet membuka seminar itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, tak perlu lama berkelana dunia maya untuk menyimak kabar percekcokan, perselingkuhan, kekerasan, atau perceraian yang semakin melonjak. Hal itu pun dianggap menjadi hal yang kerap dialami sebagian besar orang menikah hingga sering menemukan kekecewaan dan penyesalan.

"Esensi pernikahan adalah demi pertumbuhan, bukan demi kebahagiaan. Persepsi yang salah itulah yang membuat hubungan cinta generasi sekarang lebih lemah dan rapuh dibanding generasi kakek-nenek kita," ujarnya.

Demi mengatasi kondisi tersebut, melalui dua rekannya Relationship Coach Lex dePraxis dan Kei Savourie ia berbagi kiat mengenai "Bagaimana Agar Hubungan Semakin Mesra Setiap Menghadapi Masalah".

Mereka berpandangan bahwa tidak ada hubungan yang tidak bermasalah, oleh sebab itu penting sekali pembekalan kompetensi agar bisa mengelola masalah jadi sumber kekuatan dan kemesraan. Pasangan yang demikian diyakini bisa lebih fleksibel ketika menghadapi tekanan, kejenuhan, pelanggaran, bentrokan kepribadian, ataupun gejolak ekonomi.

Untuk dapat mencapai kebahagiaan dalam membina suatu hubungan, menurut Lex masing-masing individu lebih dulu memenuhi kebahagiaannya.

"Menurut Abraham Maslow, bahagia untuk sendiri itu dimulai dari kebutuhan pokok, adanya rasa aman, kemudian kebersamaan memiliki koneksi dengan orang lain, lalu kebanggaan atau prestasi, hingga yang paling tinggi pencapaian lewat aktualisasi atau kontribusi untuk sesama," tuturnya.

Kei menambahkan, "Itu untuk satu orang, saat hubungan itu ada dua orang, hingga tingkatan mencapai kebahagiaan itu lebih rumit dengan masing-masing punya keegoisan untuk mendapat kebahagiaannya."

Ada usaha untuk membina hubungan yang harmonis dan mencapai tujuan bersama.

Bersambung ke halaman selanjutnya..

Kebahagian Bersama

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER