Jakarta, CNN Indonesia -- Persoalan malnutrisi menjadi ancaman serius bagi umat manusia. Program Pangan Dunia (WFP) bahkan menyatakan lebih dari 20 juta orang terancam meninggal akibat malnutrisi dalam enam bulan mendatang.
Dr. dr Sri Redjeki, perwakilan dari Indonesian Society of Parenteral and Enteral Nutrition (Inaspen) menguraikan beberapa penyebab munculnya masalah malnutrisi. Salah satunya, dan yang terutama adalah asupan makanan yang tidak memadai. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti ketidakmampuan untuk makan sendiri, kondisi gigi yang tak bagus serta keterbatasan sosial atau finansial.
Mereka yang rentan alami malnutrisi biasanya mereka yang usia lanjut di atas 65 tahun, serta yang memiliki penyakit jangka panjang seperti diabetes, ginjal dan paru-paru kronis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disamping itu, para penderita penyakit kronik progresif seperti kanker serta pecandu narkoba juga berpeluang mengalami malnutrisi.
Sri menerangkan, malnutrisi memiliki berbagai gejala yang bisa dideteksi sejak dini. Gejala-gejala itu antara lain penurunan energi atau penurunan penyerapan nutrisi yang ditandai dengan penurunan berat badan, perubahan komposisi tubuh seperti kehilangan lemak tubuh, massa tubuh serta pengeluaran cairan tubuh dengan volume relatif banyak.
Dan jika tak cepat ditangani, malnutrisi menyebabkan berbagai akibat serius seperti harus menjalani rawat inap di rumah sakit untuk masa yang panjang. Selain itu, penderita malnutrisi juga memerlukan terapi yang lebih intensif dengan risiko komplikasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien yang memiliki status nutrisi lebih baik, namun dengan kondisi penyakit utama yang sama.
Akibatnya biaya terapi yang harus ditanggung penderita malnutrisi pun lebih tinggi.
Namun, jika malnutrisi ditangani optimal, status nutrisi pun meningkat, risiko komplikasi dan infeksi diperkecil dan proses penyembuhan pun berlangsung lebih cepat.
"Hal ini akan mempecepat mobilisasi dan proses penyembuhan pasien dan tentunya masa rawat pasien akan lebih singkat. Risiko masuk rumah sakit lagi atau kambuh juga jadi lebih kecil," pungkas Sri.
(sys)