Jakarta, CNN Indonesia -- Campak Jerman atau biasa disebut Rubella merupakan penyakit menular berupa campak yang disebabkan oleh virus rubella. Gejala utamanya adalah bintik-bintik merah pada kulit.
Ibu hamil yang terinfeksi campak Jerman tersebut akan berdampak pada buah hatinya. Bayi berisiko mengalami kecacatan atau meninggal saat dilahirkan.
"Kalau wanita hamil di awal-awal kehamilannya terkena rubella, maka 90 persen bisa menularkan rubella ke anaknya dan salah satu gejala yang diakibatkan adalah ketulian," ujar praktisi AV dari Yayasan Rumah Siput Indonesia, Pusat (Re)habilitasi Pendengaran, Eka Kurnia Hikmat di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi, Tangerang Selatan, pada Jumat (17/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, Eka mengatakan, vaksin rubella baru dimulai pada Januari 2017 yang menyasar pada anak-anak dan akan dilakukan di seluruh Pulau Jawa. Sedangkan tahun 2018, vaksin rubella akan diberlakukan di seluruh Indonesia.
Perhatian pemerintah terhadap dampak campak Jerman tersebut baru terjadi di negara maju seperti Amerika. Eka mengatakan, Amerika telah bebas dari cacar Jerman sejak tahun 2015.
Ditambahkan oleh spesialis telinga, hidung, tenggorokan (THT), Soekirman Soekin, imunisasi campak Jerman tidak hanya berlaku bagi anak-anak namun juga bagi perempuan dalam masa reproduksi.
"Saat anak-anak sudah diimunisasi sekarang ini, tapi masih ada perempuan yang belum mendapatkan imunisasi itu, sebelum hamil lebih baik diimunisasi seperti di usia 9 sampai 16 tahun," tuturnya.
Jika keadaan terburuk menimpa bayi karena sang ibu tidak mendapatkan imunisasi rubella, maka dua hari setelah bayi dilahirkan harus diperiksakan untuk dideteksi apakah mengalami tuli atau tidak.
Pemeriksaan berlanjut akan dilakukan di usia tiga atau empat bulan. Jika pada usia enam bulan bayi tidak menimbulkan reaksi terhadap pendengarannya, maka harus segera dipasang alat bantu dengar.
Selain telinga, Soekirman mengatakan, rubella dapat berdampak pada jantung dan katarak.
(rah)