Jakarta, CNN Indonesia -- Karyawan di usia akhir 20-an dan awal 30-an tahun tak bahagia dengan ritme kerja yang mereka jalani dibanding karyawan di grup usia lainnya. Temuan itu diperoleh dari hasil survei YouGov yang dirilis pada akhir pekan lalu.
Mengutip
The Independent, dalam survei tersebut satu dari lima karyawan berusia 25-34 tahun tak bahagia dengan ritme kerja mereka dibanding satu dari enam karyawan berusia 18-24 tahun.
Sementara, makin tua usia karyawan, mereka menjadi lebih bahagia dengan ritme kerja yang dijalani. Hanya sekitar 14 persen karyawan 35-44 tahun dan 17 persen 45-54 tahun yang mengungkapkan mereka tak bahagia dengan keseimbangan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Partisipan di atas 55 tahun malah menjadi rentang usia paling bahagia, dengan hanya satu dari 10, atau 11 persen yang tak bahagia dengan ritme kerja mereka.
"Seimbang antara dunia kerja dan kehidupan pribadi selalu menjadi harapan para karyawan, akan tetapi temuan ini menunjukkan banyak anak muda yang justru merasa sebaliknya, dan itu di luar ekspektasi mereka," ujar Stephen Harmston, kepala YouGov Reports.
Oleh karenanya, ia menambahkan, kepala bagian sumber daya manusia mesti memberi perhatian lebih pada karyawan usia 25-34 tahun.
"Komunikasi yang rutin dibutuhkan agar mereka tidak frustasi dan gelisah dalam menuntaskan pekerjaan," ujarnya.
Survei tersebut melibatkan sekitar 1.995 karyawan usia produktif di Inggris.
Dari survei itu diketahui juga bahwa permintaan tetap menyelesaikan pekerjaan di luar jam kerja menjadi salah satu opsi keberatan sejumlah karyawan.
Sekitar empat dari sepuluh partisipan mengatakan mereka kerap mesti membaca dan membalas surat elektronik meski sudah di luar jam kerja. Total 38 persen mengatakan mereka juga keberatan saat harus menjawab panggilan telepon di hari libur.
Temuan YouGov ini hampir sejalan dengan studi yang dijalankan TotallyMoney.com, situs yang membandingkan layanan kartu kredit dan pinjaman.
Studi itu menunjukkan sekitar 60 persen pekerja Inggris tak memiliki kehidupan yang seimbang antara dunia kerja dan pribadi mereka. Hanya satu pertiga yang mengatakan mereka dapat meninggalkan kerja sesuai jam kerja, selebihnya melebihi atau lembur.
Sementara, tidak semua karyawan mendapatkan uang lembur, 30 persen karyawan perempuan bahkan mengatakan mereka tak mendapatkan bayaran tambahan meski kerja di luar jam kerja.
(rah)